Lihat ke Halaman Asli

Bandung tujuan Dieng hanya Rp. 40.000,-

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13544985661156238488

Bekerja online trading di rumah, terkadang ada suasana bosan dan ingin trading diluar sambil touring untuk menikmati suasana. Lihat chart candlesick dari Senin pagi sampai Hari Sabtu menjelang pagi gerakannya ngak ada yang aneh ? belum membentuk trend. Arah nya masih sideways. Saya ingin menikmati suasana menjelang akhir tahun dengan touring dulu nich lihat keindahan nusantara di Jawa Tengah. Touring saya menggunakan sepeda motor bebek maaf saya tidak nyebutin merknya hehehe. Kalau jalan-jalan ke luar negeri seperti Singapura dan Genting Malaysia untuk bermain casino, seperti bacarat dan roulet sekali-sekali lha nanti itu jalan-jalannya habis tahun baru hehehe. Apalagi main casino bacarat tinggal lihat pola shu pilih banker atau player asal tidak rakus pasti jadi duit, tapi ingat mainnya jangan duduk, tapi berdiri, karena kalau mainnya sambil duduk kita menjadi penyumbang terbesar untuk casino tersebut. Dan kita datang bukan sebagai pemenang tetapi menjadi loser sejati.

Pada hari Minggu saya melakukan touring sendiri dengan menggunakan sepeda motor bebek. Saya berangkat dari Nol kilometer Bandung di jalan Asia Afrika Bandung menuju Dieng negeri diatas awan. Saya sengaja memilih berangkat dari Nol kilometer Bandung adalah untuk mengukur  seberapa jauh jarak perjalanan dan waktu tempuhnya dari tempat tersebut menuju  Dieng. Start dari Nol Kilometer Bandung saya mulai pukul 18.00 WIB sore hari, dan sebelum menunggu waktu tersebut tiba saya sengaja menghabiskan waktu sore terlebih dahulu untuk ngopi dan ngerokok kretek waooow mantapp di pelataran Gedung Asia Afrika Bandung sambil ngegembel ceuk urang Sunda mah. Setelah waktu telah menunjukkan pukul 17.45 WIB saya mengarahkan sepeda motor saya untuk memutar ke jalan Sunda agar berangkat dari Nol Kilometer Bandung. Start dimulai.....3,2,1 goooo maaf perjalanan touring ini saya tidak menampilkan foto-foto saya dalam perjalanan karena upload foto yang banyak sehingga loading nya nanti berat di account kompasiana, kasihan untuk koneksi internet yang lola jadi kurang menikmati tulisan  saya ini. Kepedean.com xixixixi.

Dari nol kilometer Bandung langsung memutar motor lagi kembali lewat jalan Sunda menuju Gatsu dan  tembus ke jln Soekarno Hatta dan akhirnya sampai Cileunyi, di Cileunyi saya isi bensin Rp.10.000,- selanjutnya menuju Rancaekek dan sampai ke Nagreg, dari Nagreg lewat Limbangan kampung dari istri siri Bupati Garut yang akhir-akhir ini sedang santer beritanya dan konon bung Ahmad Hermawan (Gubernur Jawa Barat) yang katanya akan memanggil Bupati tersebut untuk dimarahi karena sebagai pejabat public penguasa daerah Garut perbuatan seperti itu kurang baik dan membuat gerah Ahmad Heryawan.

Selanjutnya dari Limbangan menuju Malangbong dan melewati gentong, di gentong saat ini untuk jalan menanjak sedang dilakukan pekerjaan jalan untuk membuat menjadi dua arah agar tidak menimbulkan kemacetan, sampai gentong akhirnya tembus ke Tasikmalaya dan dari Tasikmalaya masuk daerah Ciamis. Dari Ciamis mulai dech dipandu oleh Restoran Pringsewu, ngak tau dech Restoran ini milik siapa setiap pinggir bahu jalan selalu update informasinya dan berguna untuk penunjuk jalan menunjukkan berapa jauh Pringsewu dari tempat tersebut dengan memasang berbagai iklan di pinggir bahu jalan dengan daftar menu-menu makanan dan pesan mengingatkan untuk bahaya seperti ada tikungan, hal yang sangat baik untuk pengendara. Dari Ciamis melewati Banjar, salut kepada pemerintah Banjar karena jalan antar provinsi di Banjar sangat perhatian sekali terhadap pengguna kendaraan bermotor khususnya roda dua, jalan nya sangat bagus dan tidak ada lubang di jalanan. Terkadang pemerintah lain  lebih mementingkan keselamatan pengguna kendaraan roda empat dibanding roda dua,  sehingga jalan berlubang   dengan lubang-lubang kecil di badan jalan tidak ditutup atau ditambal sehingga amat berbahaya untuk kendaraan roda dua dan tidak bermasalah untuk kendaraan yang beroda empat karena jalan berlubangnya tidak terlalu dalam. Ngak tau kenapa  pemerintah nya tidak perhatian dalam hal ini, atau karena pemerintah daerahnya yang berkuasa di daerah tersebut yang sudah tidak punya kendaraan roda dua lagi sehingga tidak menjadi perhatian lebih atau karena tunggangan hari-hari nya yang tiap hari menggunakan roda empat sehingga untuk keselamatan kendaraan roda dua tidak diperhatikan. Kacau dechhh. Dipertigaan Banjar di dekat pertigaan penunjuk arah menuju Majenang dan Pangandaran saya memakirkan motor saya dan mengisi bensin Rp. 10.000,- sambil mematikan kendaraan untuk mendinginkan mesin, dari Nol kilometer Bandung Jalan Asia Afrika menuju Banjar ditempuh kurang lebih 3 1/2 jam.

Dari Bandung sampai Banjar sepanjang perjalanan diwarnai dengan hujan gerimis, setelah istirahat 15 menit motor saya hidupkan kembali dan mulai tancap gas, weittts mesti hati-hati karena badan jalan yang gelap dan jarangnya ada lampu penerangan di pinggir jalan. Karena jarangnya lampu penerangan di pinggir jalan banyak juga di tempat tersebut masyarakat yang menggunakan sepeda ontel untuk transportasi, saya berkata dalam hati, salut Pak Bapak menghemat BBM untuk menyelamat kan anak cucu agar bisa menikmati BBM, sehigga melewati kebun karet mesti hati-hati kendaraan jangan dipacu terlalu kencang, kasihan kalau nanti kita menabrak pengguna jalan yang lain karena yang bersepeda banyak dan tidak menggunakan lampu sehingga tidak terlihat di jalan karena lampu penerangan jalan nya juga yang jarang di kanan maupun kiri jalan. Sampailah Majenang, Majenang adalah daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, logat bahasanya sedikit rada aneh mungkin karena jarang terdengar, logat bahasa disini menggunakan logat jawa dengan bahasa Sunda. Dari Majenang terus Karang Pucung, sampailah Wangon, dipertigaan Wangon ada jalan lurus arah menuju Jogja dan ada jalan belok ke kiri menuju kota Purwokerto. Saya membelokkan kendaraan ke kanan karena sebelah kanan jalan ada POM Bensin, untuk mengisi bahan bakar saya isi bensin Rp. 10.000,-. di depan POM Bensin ada alfamart, saya istirahat dulu sambil minum kopi dan membakar sebatang rokok, mak nyooossss tarikan rokok nya sangat nikmat sekali sambil menyeruput segelas kopi, waktu tempuh dari Banjar ke pertigaan Wangon kurang lebih 3 jam.

Jam di tangan saya telah menunjukkan pukul 01.00 WIB saya ingin melanjutkan perjalanan lagi, untuk mendapatkan keterangan penunjuk jalan berikutnya karena di depan ada pertigaan saya bertanya kepada penjaga toko alfa mart, saya tanya : Mas, kalau ingin ke Wonosobo agar jalan yang dilalui lebih cepat sampainya sebaiknya saya mesti lewat mana, apakah belok ke kiri masuk arah kota Purwokerto atau lurus lewat jalur menuju kota Jogja. Penjaga toko alfamart menjawab nya birokrasi sekali dia bertanya kepada saya, mas darimana dan mau kemana, saya berkata ke penjaga toko tersebut saya dari Bandung dan akan ke Wonosobo, lantas penjaga toko tersebut menyarankan agar saya memilih jalan lurus saja melewati bendungan gerak SERAYU Banyumas. Karena waktu tempuhnya lebih cepat tetapi jalan yang dilalui rada sempit tidak seluas badan jalan menuju arah kota Purwokerto. Akhirnya saya bergerak lewat jalur lurus menuju arah bendungan gerak SERAYU seperti yang disarankan oleh penjaga toko alfamart tadi.

Setelah saya jalan lurus dan melewati jembatan terdengar suara arus sungai yang deras. Saat ini sedang musim penghujan jadi air sungai nya banjir sehingga suara arus deras sungai sampai terdengar diatas jembatan. Selanjutnya saya melewati jalan yang sedikit menanjak menyaksikan sebelah kiri dan kanan jalan ada pemandangan yang unik. Pemandangan uniknya apa, disini banyak duduk orang-orang tua disekitar kanan dan kiri jalan ada lebih dari 10 orang, orang tua yang rata-rata berumur antara 50 sampai 70 tahun yang duduk dipinggir jalan dengan menggunakan payung dan lampu teplok/sentir duduk sambil mengemis di malam hari. Saya bertanya dalam hati lagi, kenapa orang-orang tua tersebut sampai mengemis di malam hari apalagi suasana sedang hujan gerimis, ngak tau dech saya ngak sempat untuk menanyakannya karena suasana sedang hujan saya memutuskan untuk tidak berhenti dan saya hanya melemparkan uang koin yang ada di mantol hujan untuk mereka. Sampailah di bendungan gerak SERAYU di jalan raya Notog, bendungan terlihat di sisi kanan jalan, tembus terus lewat Semogede dan terus sampai ke Susukan. Lewat Susukan ada pertigaan jalan besar kalau ke kiri masuk kabupaten Purbalingga kalau lurus Banjarnegara.

Saya lurus terus karena tujuan adalah Dieng jalurnya lewat Banjarnegara setelah itu Wonosobo. Memasuki jalan raya Banjarnegera disini sedang banyak dilakukan perbaikan jalan, sudah tradisi setiap ada perbaikan jalan banyak pengatur jalan swasta ngak tau nich yang mengerjakan ini apakah pemuda-pumuda setempat atau orang-orang yang bekerja untuk proyek pengerjaan jalan tersebut, mereka memasang kencleng untuk pengguna yang lewat agar menyumbangkan berapapun jumlahnya dengan mengatur lalu lintas kendaraan. Yang amat disayangkan disini jalan menuju kota Banjarnegara banyak sekali jalan yang rusak apalagi saat masuk jalan Purwonegoro jalannya banyak yang berlubang dan bergelombang, disamping jalan bergelombang dan berlubang disini pengguna kendaraan baik truk maupun kendaraan pribadi banyak yang tidak beretika dalam berkendaraan, mereka bisa mengemudikan kendaraan bermotor dan umumnya pasti mempunyai SIM tetapi etika berkendaranya yang tidak ada mereka sering menggunakan lampu jauh sehingga membuat silau pengendara yang lain, apalagi banyak jalan yang berlubang bukan sekali atau dua kali saya mesti menghentikan kendaraan dengan mengerem motor agar tidak terjadi kecelakaan, karena sinar lampu jauh tersebut dan belum lagi jalan yang banyak berlubang dan bergelombang, kelihatannya sepele tetapi hal sepele tersebut bisa menyebabkan pengguna jalan menjadi celaka. Apalagi disaat musim penghujan begini belum lagi jalanan yang sedang licin. Disaat ada perbaikan badan jalan dengan menambah tinggi badan jalan, jalan yang sudah ditinggikan dengan jalan yang sedang di perbaiki tidak ada dibuat rambu-rambu atau tanda-tanda bahwa disitu ada perbaikan. Sehingga jalan dilalui sebelumnya bagus otomatis sedikit menambahkan laju kendaraan tetapi disaat ketemu dengan jalan yang sedang diperbaiki tadi tidak ada dibuat tanda-tandanya dan tidak adanya lampu penerangan jalannya juga sehingga sangat berbahaya sekali. Saya berfikir kembali dan sedikit ada perasaan kesal, sebagai pengguna jalan, kenapa pemerintah Banjarnegara melakukan perbaikan jalan disaat musim hujan, yang otomatis perbaikan jalan yang dilakukan di musim hujan disaat seperti ini aspal yang digunakan untuk memperbaiki jalan tadi kan terkena air kembali akibat hujan sehingga berpengaruh terhadap kualitas pengerjaan pengaspalan. Dan kenapa dilakukan pada saat bulan Desember seperti ini, apakah karena anggaran yang dianggarkan masih ada yang sisa sehingga dipakai anggaran tersebut untuk perbaikan jalan agar dana sisa tersebut habis, atau anggaran dari pemerintah provinsi nya yang telat masuknya ke pemkab tersebut sehingga terkesan perbaikan jalannya jadi terlambat seperti ini, menjadi sebuah tanda tanya besar. Tujuannya bagus tetapi hasilnya jadi kurang bagus. Akhirnya sampailah saya di Wonosobo.

Setelah sampai di Wonosobo tepat nya di desa Sapen Wonosobo sebelah kanan jalan ada POM Bensin saya memutar kendaraan ke kanan dan berhenti sejenak untuk isi bensin sekaligus untuk berinstirahat dan mengistirahatkan mesin kendaraan, saya isi bensin kembali Rp. 10.000,- waktu tempuh dari pertigaan Wangon menuju Wonosobo saya tempuh 2  jam. Jam ditangan saya menunjukkan pukul 03.00 WIB. Setelah itu saya cari warung kopi tadi tidak ketemu yang ada warung angkringan tempat nya berada diperempatan jalan diseberang  hotel Dewi Wonosobo dekat POM Bensin Sapen, semula saya bermaksud memesan kopi akhirnya pesanan berubah menjadi satu gelas wedang jahe untuk menghangatkan badan dan kembali membakar sebatang rokok kretek, waoooow nikmat sekali udara pagi yang dingin dan sejuk ditambah dengan wedang jahe dan sebatang rokok kretek nikmatnya tidak bisa tuliskan dengan kata-kata. Mau tau rasanya seperti apa makanya touring dech hehehehehe. Jam ditangan saya menunjukkan pukul 03.30 WIB saya kembali ke POM Bensin dan rencana akan melanjutkan perjalanan ke Dieng jam 04.00 WIB. Tetapi tiba-tiba saya terkejut, kenapa ? ternyata di Wonosobo sedang merebak pekat (penyakit masyarakat) yakni judi TOGEL. Saat itu baru ada yang mengimformasikan angka TOGEL yang keluar kepada sesama rekannya yang bekerja di POM Bensin. Saya merasa terkejut bahwa kota Wonosobo yang saya kenal selama ini kota santri kenapa ada judi TOGEL. Apakah pemerintah Wonosobo dan aparat terkait disini tutup mata dalam hal ini atau pura-pura tidak melihat atau atau pura-pura tidak mendengar sementara setoran jalan terus, sehingga judi TOGEL tersebut bisa marak di Wonosobo.

Setelah waktu telah menunjukkan pukul 04.00 WIB saya melanjutkan perjalanan kembali untuk sampai pada tempat tujuan saya yakni Dieng, negeri diawan negeri para Dewa. Dari kota Wonosobo lewat Kalianget terus lewat Garung dan sampailah Tieng, di Tieng ada gardu pandang untuk melihat pemandangan kota Wonosobo saya berhenti sejenak di gardu pandang untuk menikmati pemandangan, waktu tempuh dari POM Bensin Sapen ke Tieng hanya 25 menit. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan lagi dan akhirnya bertemu  gapura DIENG PLATEU sekitar 10 menit waktu tempuh dari gardu pandang tadi dan 10 menit kemudian sampai lah di pertigaan dieng disitu ada belokan ke kiri dan belokan ke kanan, saya memilih untuk belok ke kiri karena ingin berwisata ke telaga warna terlebih dahulu. Tetapi wisata telaga warna belum buka dan di Telaga warna banyak gua-gua peninggalan nenek moyang zaman dahulu. Akhirnya saya melanjutkan perjalanan lurus menuju ke Kawah Sikidang. Saya menikmati pemandangan Kawah Sikidang dengan melihat Kawah dari jarak dekat. Setelah dari Kawah saya lanjut ke Candi Arjuna, sengaja saya tidak menuliskan keadaan dan keindahan wisata pesona Dieng disini agar pembaca sekalian ingin merasakannya juga suasananya seperti apa, sehingga timbul penasaran dan ingin tahu pesona wisata tersebut untuk berangkat dan berwisata ke negeri di awan ini negeri para Dewa. Disini juga bisa dinikmati tumbuhan pepaya gunung karika namanya.  Selamat berwisata ke Dieng.  Hanya dengan berkendara sepeda motor dengan isi BBM Rp. 40.000,- dari Bandung sudah bisa menikmati segala pesona keindahan alam Dieng. Setelah dari Dieng saya akan melanjutkan perjalanan saya berikutnya dari Dieng, Borobudur dan Parang Tritis Yogyakarta.

Salam wisata kompasiana..............!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline