Lihat ke Halaman Asli

Iden Wildensyah™

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Quo Vadis Terminal

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_157146" align="alignright" width="300" caption="Terminal Cicaheum Bandung (dok.pribadi)"][/caption] Terminal adalah tempat akhir tujuan bis antar kota dalam provinsi dan antar kota dalam provinsi. Medio 90-an, terminal sangat ramai oleh pengunjung, penjual jajanan, mobil bus, kondektur bus yang memanggil-manggil penumpang serta lengkingan pengeras suara petugas saat memberitahukan bus yang masuk dan bus yang keluar. Keadaan ini sangat berbeda sekarang, saat kendaraan besar harus bersaing dengan kendaraan kecil, terlebih saat kendaraan bermotor semakin mudah didapatkan. Banyak para penumpang yang beralih kekendaraan pribadi, misalnya menggunakan motor atau memilih menggunakan moda transportasi lain yang ukurannya lebih kecil. [caption id="attachment_157149" align="alignleft" width="300" caption="Terminal Garut (dok.pribadi)"][/caption] Terlebih ketika moda jasa transportasi point to point menjamur, terminal semakin sepi oleh aktivitas yang dulu pernah meramaikannya. Teman saya dari Jakarta lebih memilih naik moda transportasi jenis ini daripada bus, padahal sebelumnya saya masih ingat saat menjemput dia di sebuah terminal sehabis naik bus antar kota. Di kota Bandung misalnya, moda transportasi point to point yang memiliki terminal masing-masing ternyata semakin hari semakin bertambah. Saya mensinyalir salahsatu penyebab berkurangnya aktivitas serta lambat laun menuju kehilangan fungsi pentingnya terminal adalah moda transportasi jenis ini. Padahal jika merunut pada program pemerintah yang ingin mewujudkan langit biru, seharusnya pemerintah lebih mendukung moda transportasi masal daripada transportasi terbatas, ekslusif dan sedikit. Sangat ironis memang, tetapi itulah kenyataannya, selalu berbanding terbalik antara cita-cita pemerintah dengan implementasi pemerintah itu sendiri. [caption id="attachment_157151" align="aligncenter" width="300" caption="Terminal Garut tidak seramai tahun 1990an (dok.pribadi)"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline