Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Balada Tukang Bubur Ayam

Diperbarui: 30 Desember 2022   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bang Darwis/dokpri

Balada tukang bubur ayam. Inilah tulisan Omjay pagi ini setelah sarapan bubur ayam. Rasanya sayang kalau tidak diceritakan dalam tulisan di Kompasiana. Semoga pembaca dapat memetik pelajaran dari apa yang Omjay tuliskan di dunia Maya.

Pagi ini hujan turun rintik-rintik. Sudah datang ke rumah seorang tamu. Beliau mengantarkan foto wisuda Omjay di Sentul internasional convention center Bogor. Alhamdulillah bagus sekali foto fotonya dan sudah dibingkai pula. Omjay berterima kasih sama bapak haji Mudi yang telah mengantarkan fotonya.

Omjay dan istri/dokpri 

Tukang foto minta dipesankan gojek menuju daerah Jatiwaringin Pondok Gede Bekasi. Setelah itu datanglah tukang bubur langganan Omjay. Beliau menawarkan bubur ayam yang lezat. Rasa buburnya memang tiada duanya. Hanya dengan uang Rp. 8.000 saja kita sudah bisa sarapan pagi dengan bubur ayam bang Darwis.

Setiap hari bang Darwis berjualan bubur ayam dari kompleks perumahan ke kompleks perumahan lainnya. Rumahnya cukup jauh. Beliau tinggal di daerah Tambelang kabupaten Bekasi. Lumayan juga jaraknya dari rumahnya ke rumah Omjay. Beliau berangkat habis subuh untuk menjemput rezeki dari berjualan bubur.

Tadi Omjay tanya. Kenapa motornya ganti dengan yang lama? Kemana motor barunya? Kok motornya jadi motor butut? Begitulah pertanyaan Omjay ke Abang Darwis bertubi-tubi. Kata orang Betawi mah nyerocos Bae.

Abang Darwis bercerita. Motornya dijual untuk biaya pengobatan anak dan istrinya. Ketika istri dan anaknya sembuh, justru bang Darwis ikut sakit. Tak ada yang ikut mencari uang di rumah. Nah akhirnya, motor barunya terjual. Buat nutupin makan sehari hari.

Beliau juga sempat pinjam uang ke Omjay dan beliau bayar dengan cara mencicil pakai bubur ayam. Hari ini beliau gak mau dikasih uang. Katanya dipotong saja dari uang pinjamannya. Empat bungkus bubur sudah Omjay pegang. Utang bang Darwis sudah berkurang Rp. 32.000.

Istri Omjay bilang. Sudah ikhlaskan saja. Tak perlu bayar utangnya. Namun, bang Darwis tidak mau. Baginya hutang tetap hutang. Harus dibayar sesuai dengan jumlah pinjamannya. Beliau tak ingin dikasihani.

Luar biasa bang Darwis ini. Beliau tetap berusaha untuk menjemput rezekinya. Walaupun hujan badai datang menghalang, beliau tetap berjualan bubur dari rumah ke rumah. Sebab kalau tidak jualan, maka tak ada pemasukan uang datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline