Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Menulis untuk Mencerahkan

Diperbarui: 2 Mei 2018   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto pribadi

Seharusnya kita menulis untuk mencerahkan pembaca. Mereka yang membaca tulisan kita menjadi tercerahkan apa yang dituliskan. Bukan malah sebaiknya, mereka menjadi gelap atau terlihat kusam wajahnya setelah membaca tulisan kita. Itulah mengapa tulisan yang dibuat sebaiknya mencerahkan. Ada aura positif di sana, ada kegembiraan, ada kebahagiaan, dan menggoda pembaca untuk melumat habis apa yang dituliskan.

Pengalaman saya menulis 11 buku, ternyata tidak mudah membuat pembaca tercerahkan. Buku-buku yang saya tuliskan diupayakan untuk mencerahkan pembaca. Mereka mendapatkan manfaat dari apa yang saya tuliskan. Pesan-pesan yang penting dalam buku yang saya tuliskan, semoga dipahami oleh pembaca dan mereka merasa tercerahkan dari tulisan yang ada dalam buku tersebut. Hasilnya, buku saya menjadi best seller dan banyak dibeli di toko buku dan dipesan secara online. Orang Indonesia sekarang ini sudah banyak yang melek literasi. Buku tak akan mudah tergantikan. Walaupun ponsel pintar mudah didapatkan. Buku tetap menjadi media yang paling banyak dibaca oleh pembaca.

Melek literasi harus dimulai dari membaca. Lewat buku kita berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup. "Sebelum mati buatlah minimal satu buku." Begitulah pesan yang saya dapatkan dari mas Budiman Hakim. Beliau adalah seorang penulis terkenal yang saya kenal tulisan-tulisannya. Lewat tulisan dalam bukunya, saya merasakan betapa menulis itu harus mencerahkan pembaca. "Laut tanpa ombak tidak pernah menghasilkan pelaut handal." Begitu juga dengan menulis. Semakin banyak kamu menulis, maka semakin banyak tantangan yang didapatkan.

Hari ini adalah hari pendidikan nasional. Kita memperingatinya setiap tanggal 2 Mei. Namun sayang, pendidikan kita masih kehilangan arah. Pendidikan kehilangan arah ditengah era digitalisasi di indonesia. Di satu sisi mereka mengakui TIK penting, tapi disisi lain pelajaran TIK dianggap hanya pelengkap, dan bahkan dihapuskan dalam kurikulum 2013. Untuk itulah saya dan kawan-kawan terus memperjuangkan agar TIK kembali sebagai mata pelajaran dalam kurikulum. Tidak seperti sekarang ini, TIK terintegrasi cuma basa basi.

Menulis untuk mencerahkan semoga selalu kita kedepankan dalam setiap tulisan yang dibuat. Pola pikir positif harus dikedepankan supaya hasilnya juga positif. Berusaha untuk membuat tulisan yang menarik memang tidak mudah. Namun bisa dilakukan kalau terus kita niatkan untuk berbagi. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kita bagikan dalam bentuk tulisan. Semoga mencerahkan pembaca setia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline