Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Sebuah Ujaran Kebencian Terhadap: Nyamuk!

Diperbarui: 8 Juli 2017   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyamuk jahat.... (foto: pexels.com)

Sebelum menulis lebih jauh, saya hendak tekankan di sini bahwa artikel ini mengandung ujaran kebencian teramat sangat. Tentu bukan terhadap seseorang atau banyak orang, tapi khusus nan spesial teruntuk sesenyamuk dan banyak nyamuk. Bahkan andai saja paguyuban nyamuk-nyamuk mau melaporkan saya, ya silakan... Monggoo....

Saking bencinya dengan nyamuk, saya telah menyatakan perang terhadap nyamuk sejak usia saya masih bisa dihitung dengan jari (sekarang mesti minjam jari orang untuk menghitung usia saya). Entah sudah berapa ratus atau bahkan berapa juta nyawa nyamuk yang pernah saya lenyapkan. Baik dengan cara manual yakni gaplokan tangan maut, cara elektrik dengan obat nyamuk listrik dan raket nyamuk, hingga cara kimiawi dengan asap nan beracun.

Tapi hingga kini nyamuk-nyamuk berbahaya masih saja tetap eksis. Seolah tak terlihat, tapi begitu kita lengah dia akan datang, menghisap darah dan menularkan bibit penyakit. Tiba-tiba kita pun tergolek lemah, entah karena demam berdarah, malaria, chikungunya dan lain-lain.

Nyamuk benar-benar bikin repot orang. Bagaimana tidak? Saat saya sudah terlalu lelah karena bekerja seharian, pulang ke rumah bayangannya mandi, makan, leha-leha sejenak lalu tidur. Eh, ini gara-gara nyamuk saya mesti sibuk ke sana ke mari, memicingkan mata, menajamkan pendengaran lalu ketika nyamuk terbang mendekat tangan saya bergerak cepat mengeluarkan jurus gaplokan maut. Puas rasanya kalau nyamuk tewas kegencet. Tapi kesal rasanya kalau nyamuknya tidak kena dan malah terbang menghindar sambil ketawa-ketawa mengejek.

Hai nyamuk, yang kamu lakukan itu benar-benar... jahaaat....

Capek menggunakan tangan kosong, saya pun mengambil senjata berupa raket nyamuk. Jadi malam-malam sebelum tidur malah berkeringat dan ngos-ngosan mengejar nyamuk pakai raket. Kena satu, yang lain muncul. Seolah mereka punya cadangan nyawa yang tak habis-habisnya.

Gara-gara nyamuk pula, saya dan keluarga mesti rajin-rajin membersihkan rumah dan sekitarnya. Ada pakaian numpuk karena belum diseterika, pasti nyamuk-nyamuk bakal ramai nongkrong di situ. Alhasil kerjaan rumah tangga seolah tiada habisnya. Ya beresin pakaian lah, merapikan lemari lah dan sebagainya yang intinya tidak boleh ada sejengkal pun tempat yang bisa digunakan oleh nyamuk dan kawanannya untuk membangun posko.

Melelahkan bukan?

Dalam lingkup yang lebih luas, karena faktor ancaman nyamuk, Ketua RT di lingkungan rumah saya bahkan sering sekali membuat saya dan warga lainnya seolah tak punya libur. Bayangkan saja, hari libur yang mestinya bisa menjadi waktu berharga untuk bersantai dan beristirahat dari pekerjaan, eh malah Ketua RT ngajak kerja bakti membersihkan got dan mencabuti rumput-rumput liar di lingkungan RT kami. Sudah begitu konsumsinya pasti gorengan pula, kan tidak sehat brooo....

Yup, semua itu gara-gara nyamuk yang tak kunjung punah dari muka bumi. Perang pun takkan pernah usai.

Seiring waktu dan usia yang bertambah, tanggung jawab saya menjadi lebih besar. Mungkin dulu saya lebih mengedepankan emosi saat menghadapi nyamuk, sekarang saya harus bisa berpikir jernih dan lebih cerdas menghadapi nyamuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline