Lihat ke Halaman Asli

Bu Iriana, Tolong Sampaikan pada Bapak (Tentang Asap)

Diperbarui: 8 Oktober 2015   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Assalamu'alaikum warohmatulloh wabarakatuh

Ibu Iriana yang saya hormati,

Semoga Alloh SWT selalu memberikan petunjuk dan hidayahNya untuk Ibu sekeluarga. Semoga Ibu sekeluarga selalu diberkahi dengan kekuatan, kesehatan agar dapat menjaga amanah yang diberikan oleh Nya.

Ibu Iriana tersayang,

Saya menulis surat ini dengan keyakinan bahwa Ibu adalah orang tua yang sangat menyayangi putra-putri Ibu. Seperti Ibu-ibu lainnya yang bahagia dan syukurnya melebihi anak-anaknya saat mereka bahagia. Dan rasa sedihnya melebihi putra-putrinya saat sakitnya. Saya menulis surat ini dengan keyakinan bahwa Ibu adalah orang penyayang yang penuh empati pada siapapun. Saya menulis dengan penuh keyakinan bahwa Ibu dianugerahi hati yang lembut, hingga Ibu bahkan tak tega melihat derita orang lain. Ibu ingat, sebelum menjadi Ibu Negara, orang mengenal Ibu sebagai orang yang peduli pada 'wong cilik'. Bersama Bapak Jokowi, Ibu giat membuat program-program untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Apa yang saya tuliskan diatas bukanlah pujian. Itu adalah keyakinan saya tentang Ibu yang membuat saya memberanikan diri untuk menulis surat ini. Ibu, saya tinggal jauh dari Indonesia. Di suatu tempat yang langit birunya sangat indah, tanahnya hijau penuh bunga bermekaran, dan air sungainya jernih mengalir. Setiap saat saya bersyukur dan berharap saat pulang nanti, saya bisa menikmati hal yang sama di Indonesia. Tapi Ibu, saat ini, cerita sedih tentang asap ada dimana-mana. Cerita tentang rasa sakit yang diderita anak-anak kecil dan balita karena tak cukup oksigen untuk mereka bernafas. Cerita tentang ibu-ibu yang ditinggalkan putra-putrinya karena kabut asap. Cerita tentang anak sekolah yang tak lagi merasa nyaman saat belajar. Jangankan melihat jauh ke masa depan, melihat 50 meter ke depan saja mereka kesulitan. Jangankan melihat langit biru, langit mendung saja tak tampak karena tertutup asap pekat. Tak perlu saya cerita banyak, Ibu yang lebih dekat dengan mereka pasti tahu lebih banyak.

Ibu Iriana yang baik,

Saya menulis surat ini karena kehabisan akal. Sedih saat melihat derita saudara-saudara di tanah air. Lebih sedih lagi saat bantuan yang diberikan serasa tak berarti. Sangat sedih saat melihat usaha saudara-saudara kami serasa sia-sia. Korban tetap berjatuhan, asap tak kunjung berkurang. Kebanyakan kami tak paham politik. Kebanyakan kami tak paham undang-undang. Tapi kita sama-sama tahu, banyak orang menderita karena kabut asap di sana. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk meminta Bapak Jokowi -orang yang Ibu sayangi dan menyayangi Ibu- sebagai Presiden untuk memberikan perhatian lebih pada masalah ini. Tapi kunjung ada solusi berarti dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Saya paham ini bukan masalah sederhana. Saya berbaik sangka, banyak hal lain yang (mungkin) lebih penting dari masalah ini, hingga saat ini belum cukup menjadi prioritas.

Tapi Ibu Iriana, saya yakin, Ibu sebagai seorang Ibu, bisa merasakan kesedihan orang tua yang putra-putrinya jadi korban kabut asap. Saat ibu-ibu lain dengan bahagia menunjukkan foto balita mereka ceria bermain, atau menceritakan hal yang baru mereka kuasai, orang tua korban asap menunjukkan foto balita mereka yang kesakitan, wajah pucat, mata merah, terbaring lemah dengan masker, atau bahkan lelap dalam tidur abadinya.

Ibu Iriana,

Kami kehabisan akal untuk meminta Bapak Jokowi memberi perhatian lebih pada hal ini. Maka dari itu, Ibu yang penyayang, saat nanti menemani Bapak makan siang, tolong singgung masalah ini dengan Bapak. Atau nanti saat sebelum tidur, tolong bisikkan dengan lembut urusan ini pada Bapak. Tolong sampaikan baik-baik, bahwa ada anak-anak negeri yang membutuhkan jalan keluar dari asap, segera. Tolong sampaikan pada beliau, lakukan apa saja untuk menolong mereka. Tolong sampaikan pada beliau, ada banyak orang yang akan mendukungnya untuk melakukan penyelamatan. Tolong sampaikan pada beliau, doa kami selalu bersama beliau dalam kebaikan. Tolong sampaikan tak ada yang perlu ditakutkan. Tolong sampaikan.....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline