Lihat ke Halaman Asli

Weinata Sairin

Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Diksi-diksi Menginspirasi Visi

Diperbarui: 15 September 2022   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi serius |sumber: freepik.com

DIKSI-DIKSI MENGINSPIRASI VISI

sejak tahun 1928
anak bangsa telah berikrar
menggelegar
gempar
bahasa Indonesia
adalah bahasa
nasional
yang menyatukan seluruh warga bangsa
dalam keragaman
dan kemajemukannya

bahasa nasional
yang menyaturagakan bangsa
amat penting
dalam kehidupan
sebuah bangsa yang majemuk
bahasa nasional
amat fundamental
dalam menjaga
kesatuan bangsa

banyak negara dan tokoh dunia
memuji negeri kita
yang memiliki ratusan bahasa daerah
tetapi tetap memiliki bahasa
nasional
sebagai bahasa persatuan
yang mampu memperkuat integritas bangsa
ditengah berbagai ancaman yang berpotensi merusak persatuan bangsa

bahasa indonesia terus berkembang dari zaman ke zaman
melintasi masa dan sejarah
bahasa indonesia
berkembang dengan diksi
kosakata dari bahasa daerah
dan bahasa-bahasa
internasional

ada segelintir warga bangsa yang tidak terlalu bangga terhadap bahasa nasionalnya
mereka abai untuk belajar bahasa dengan
lebih sungguh
ada jurnalis yang masih tak paham
beda  "faksi" dan "fraksi"
tidak tepat menggunakan kata "adalah" dan " merupakan"
masih cukup banyak orang yang menggunakan kata "merubah"
pada hal yang dimaksud adalah "mengubah"
dan banyak lagi kesalahan atau kesalahkaprahan yang terjadi
dan banyak orang yang merasa takbersalah dengan realitas itu

bahasa bukanlah sekadar deretan huruf
bahasa adalah cerminan budaya bangsa
bahasa adalah wujud pemikiran dari seseorang
bahasa adalah
potret kepribadian pe ggunanya
kita harus sangat berhati-hati dalam menggunakan bahasa
dalam konteks apa kita bicara
kepada siapa kita bicara
isu apa dan aspek keilmuan apa yang menjadi topik pembicaraan kita
setiap ilmu memiliki 'terminus tehnikus' sendiri
yang artinya berbeda-beda
antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain
beberapa puluh tahun yang lalu seorang petinggi
menyatakan
"pesawat ini saya baptis dengan nama gatotkoco"
pada hal dalam lingkup gereja
kata "membaptis" amat sakral dan hanya dikenakan kepada manusia
tidak sepantasnya kata "membaptis" diperlakukan seperti itu

diksi, kata acapkali memiliki konotasi tertentu
dan tidak lagi sepenuhnya
netral
bahasa adalah alat komunikasi
ketika sebuah kata digunakan tidak pada tempatnya
maka komunikasi mengalami distorsi
dan kita harus segera mengoreksi
agar komunikasi bisa dibangun kembali
diksi-diksi mesti menginspirasi visi
bukan menyakiti
atau membuat sakit hati.

Jakarta. 15 September 2022/pk19.15

Weinata Sairin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline