Lihat ke Halaman Asli

Ia dan Jejak Perjalanan

Diperbarui: 25 Juni 2020   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

***

Lihatlah sepasang kakinya yang masih terus berjalan, tertatih-tatih di dalam kesendirian demi untuk bisa sampai ketempat tujuan.  

Lihatlah tekadnya yang begitu kuat hingga akhirnya Ia mampu untuk kembali meneruskan perjalanan.

Lihatlah kobaran api semangatnya yang mampu mengalahkan kobaran api kebencian dan pekatnya awan hitam kemunafikan. Kemunafikan yang masih saja terus berusaha untuk menghalangi langkah kakinya sampai ketujuan.

Lihatlah keriuhan pesta dan huru-hara yang terjadi di akhir zaman ini. Huru-hara yang sengaja diciptakan untuk menghentikan perjalanannya.

Lihatlah para penari malam dan kawanan Serigala yang masih terus berusaha menggoda dan menghalanginya untuk meneruskan perjalanannya.

Lihatlah air matanya yang sesekali menetes jatuh bersama keringatnya yang sudah menyatu bersama debu-debu jalanan.

Lihatlah Ia yang tengah termenung sendirian karena Ia tidak tau pada siapa lagi harus bertanya agar Ia bisa secepatnya sampai ketempat tujuan.

Lihatlah Ia yang tengah terduduk di pinggir jalanan karena kelelahan. 

Lihatlah Ia yang tengah terduduk sendirian dipinggir jalanan sambil melihat pertengkaran antara Setan dan Manusia yang saling menyalahkan antara satu dengan lainnya. 

Lihatlah Ia yang pada akhirnya sadar, bahwa saat ini ternyata Ia begitu rapuh dan tak berdaya menghadapi ketiadaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline