Lihat ke Halaman Asli

Wanita di Penghujung Malam

Diperbarui: 8 November 2020   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Sepuluh

Sebelumnya <<

*

Dan malam ini dia harus mengakui kalau pernikahannya dengan wanita berkulit hitam manis itu hanyalah perkawinan semu semata, karena selain tinggal serumah dan menjalankan usaha rumah makan bersama, dia tidak pernah bisa memberi, dan mendapatkan ‘kepuasan batin’ dari istrinya itu.  Dan malam ini semua gambar dari masa lalunya itu seperti melintas dengan jelas di kedua pelupuk matanya, dia ingat semuanya. Mulai dari saat pertama kali dia bertemu dengan nenek tua yang terkenal karena memiliki Sembilan orang suami di kampungnya itu, hingga hari-harinya bersama nenek tua itu melakukan perbuatan mesum di belakang istrinya juga di belakang orang-orang kampung dan kesembilan orang suaminya itu.

“Hai anak manusia yang terlahir pada saat bulan purnama, memiliki nama lahir Sukmawati, maukah engkau bertobat dan berjanji padaku untuk meninggalkan semua perbuatan yang di larang agama, membuang semua susuk dan pemanis yang selama ini melekat di tubuhmu? Aku Raden Ayu Setia Ningrum. Ratu dari semua ratu siluman harimau di Nusantara, bersedia memberikan mustika kembang Wijaya Kusuma sebagai penawar untuk mengobati sakitmu, sebagai pengganti penikahan ghaib yang kalian lakukan tadi.

Jika engkau bersedia maka aku akan memberimu Mustika kembang Wijaya Kesuma suci sebagai pengganti tali penyambung rasa antara alam tidak sadar dan alam sadarmu yang dulu di putuskan lalu di buang oleh dukun harimau yang memiliki nama lahir Surya Agrindo dan memiliki gelar Datuk mato rimau yang selanjutnya menganti tali yang terputus itu dengan Siluman macan kumbang sebagai penyambung rasa mu dengan jazad kasarmu saat ini.” Tanya wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu sambil menatap lurus kedua mata wanita berkulit hitam manis ini.

Wanita berkulit hitam manis ini kaget karena wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya  itu bisa tau nama lahirnya, nama lahir yang di berikan oleh eyang putrinya dulu, padahal selama ini hanya dia dan kedua orang tuanya saja yang tau.

Dia ingat, cerita orang tuanya dulu, dia sering sakit-sakitan sewaktu masih memakai nama pemberian eyang putrinya itu. Hingga kedua orang tuanya kala itu mendatangi orang tua yang atas saran dari orang tua yang dianggap pintar di kampungnya itu, kala itu namanya di ganti menjadi nama yang di pakainya hingga saat ini.

Setelah diam sejenak wanita berkulit hitam manis itu kembali menatapku, seperti meminta pertimbangan atas tawaran yang baru saja di ajukan oleh wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu. Setelah melihat aku kembali menganggukan kepala tanda setuju. akhirnya wanita berkulit hitam manis itu berkata;

“Saya bersedia Ratu..” jawabnya sambil menunduk, tidak berani menatap wajah wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu.

Tiba-tiba saja di tangan kanan wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu telah ada sekuntum bunga Wijaya Kusumayang menurut mitos dipercaya memiliki hubungan erat dengan raja-raja Majapahit di masa silam. Sebagian masyarakat percaya bila bunga ini memiliki kekuatan magis yang cukup besar sehingga raja-raja tempo dulu diwajibkan memiliki sekuntum bunga wijayakusuma yang ia peroleh dari tanaman yang ia tanam sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline