Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Buddha Mania di Belanda

Diperbarui: 19 Mei 2021   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Patung Buddha dijual di toko tanaman di Belanda-dokpri

Orang gila itu berlari-lari di pasar dan berseru-seru, "Tuhan sudah mati! Tuhan tetap mati!" Ini ditulis oleh Nietzsche dalam novel filsafat, Also sprach Zarathustra, yang dipublikasikan tahun 1883-1885.  Friedrich Wilhelm Nietzsche adalah seorang filsuf dari Jerman. Ia juga adalah seorang penyair, kritikus budaya, penyair dan komposer.

Banyak menggunakan gaya bersyair dan metafora, itulah gaya Nietzsche dalam menyampaikan pandangan filsafatnya. Memang  ia juga seorang penyair.

Ia menggunakan metafora "Tuhan sudah mati", bukan secara jasmaniah, untuk mengemukakan bahwa "Gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teleologi." (Sumber di sini).

Fenomena timbulnya ketidakpercayaan pada tatanan Ilahi, digambarkan oleh Nietzsche pada abad ke-19, dan kondisi ini tetap aktual hingga kini. Setidaknya begitulah kondisi di Belanda, tempat saya tinggal.

Tidak religius. Begitulah mayoritas penduduk Belanda kini. Ini bukan dugaan tanpa data. Berdasarkan data statistik yang diadakan oleh CBS (Biro statistik Belanda), lebih dari separuh masyarakat Belanda, tidak religius. (Klik sumber). 

Foto: Suasana di kota Almere Belanda-dokpri

Kalau kita bertanya pada orang Belanda, "Apakah Anda percaya Tuhan itu ada?" Maka umumnya mereka akan menjawab, "Tidak. Tapi saya percaya pasti ada sesuatu di luar sana."

"Pasti ada sesuatu!" Jawaban "sesuatu" harus digarisbawahi pada jawaban di atas, hal ini yang membuat umumnya masyarakat Belanda dikelompokkan sebagai penganut ietsisme. Apa itu ietsisme?

Fenomena ietsisme di Belanda

"Saya tidak percaya Tuhan. Tapi pasti ada SESUATU!", kata orang Belanda. Kata "sesuatu" dalam bahasa Belanda artinya iets. Dari kata iets inilah, lahir istilah ietsisme. Dalam bahasa Inggris disebut somethingism. Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Sesuatuisme".

Ietsisme adalah istilah umum untuk berbagai kepercayaan di mana orang berasumsi bahwa ada "sesuatu" antara langit dan bumi, tanpa perlu menganut agama tertentu. (Klik sumber). Fenomena ietsisme yang menghinggapi masyarakat Belanda ini bahkan diibaratkan sebagai epidemi nasional. 

Sekilas, masyarakat Belanda yang umumnya tak lagi percaya pada Tuhan tampak mirip dengan agnostik. Tapi ietsisme tidak sama dengan agnostisisme. Agnotisisme benar-benar jelas menyatakan tidak tahu atau tidak dapat diketahui apakah Tuhan itu ada atau tidak ada. Sedangkan ietsisme sifatnya lebih positif, karena "Masih ada begitu banyak hal daripada yang dapat kita ketahui." (Klik sumber). 

Artinya orang Belanda meskipun umumnya tak percaya pada Tuhan, tapi masih menyisakan ruang untuk mengakui bahwa bisa saja ada begitu banyak hal "di antara langit dan bumi" lebih dari yang mereka ketahui, dan hal yang mereka tidak ketahui itulah yang mereka sebut sebagai "sesuatu". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline