Ietsisme bisa saja menghinggapi mereka yang secara kultural teridentifikasi dan menyebut dirinya beragama, entah Kristen atau agama lainnya, namun mereka tidak percaya pada ajaran dan dogma dari agama tersebut. Maka konteks "Tuhan sudah mati" yang disebut oleh Nietzsche masih tetap relevan untuk menggambarkan fenomena ini. Â Â
Ketika pertama kali datang ke Belanda puluhan tahun lalu, masih muda usia, saya heran melihat dekorasi Natal orang Belanda. Tadinya saya membayangkan umumnya orang Belanda adalah pemeluk Kristen.Â
Sehingga dekorasi Natalnya setidaknya sama dengan dekorasi Natal umat Kristiani di Indonesia. Misalnya ada miniatur Natal seperti figur Maria, Yosef, bayi Yesus di palungan, para gembala dan tiga orang Majus.
Tetapi hampir di setiap rumah yang saya lihat di Belanda, jarang sekali memajang figur-figur religi tadi. Mereka memang memajang pohon Natal, biasanya disertai kerlap-kerlip lampu dan miniatur kota Natal.Â
Tapi jarang sekali, nyaris tak ada yang memajang patung Maria, Yosef, bayi Yesus sebagai pajangan Natal di rumahnya. Ini adalah fakta yang saya lihat, yang umumnya terjadi di Belanda.
Buddha-Mania di Belanda
Kalau berkunjung ke pusat-pusat penjualan tanaman di Belanda, kita akan melihat begitu banyak aneka patung Buddha yang dijual. Patung Buddha seharusnya adalah patung religi. Tetapi dijual di toko tanaman. Apa hubungannya patung Buddha dengan toko tanaman?
Kalau patung Buddha itu adalah patung religi, mengapa yang dijual di toko-toko tanaman hanya patung Buddha saja? Mengapa bukan patung Maria atau patung Yesus misalnya? Â
Tren patung Budha di Belanda, bahkan bisa dikatakan sudah menyingkirkan kepopuleran hiasan patung kabouter (orang-orang katai/kerdil) di antara bunga dan tanaman di kebun.
Padahal menghias kebun dengan patung orang katai atau patung kabouter di Belanda, adalah tradisi tua yang sudah dilakukan turun-temurun. Apa yang membuat tradisi ini menjadi terkikis dan tiba-tiba tergantikan oleh patung Buddha?Â
Sebagai catatan, kabouter atau orang katai/kerdil, di dalam mitologi Eropa adalah jenis bangsa peri jantan, tubuhnya berukuran kecil. Kabouter ini biasa kita dengar melalui dongeng-dongeng klasik di Eropa di antaranya kisah Putri Salju.