Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Memasak Nasi Gandul, Salah Satu Cara Tuntaskan Rindu

Diperbarui: 16 Mei 2020   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasak nasi gandul, salah satu cara menuntaskan rindu kampung halaman. | Foto: Wahyu Sapta.

Lama tidak pulang kampung. Banyak rindu yang menumpuk. Bukan saja rindu pada orang tua, saudara, teman, dan kerabat, tetapi juga rindu pada kampung halaman. Rindu pada aromanya, suasana kota, dan kulinernya. 

Saya pulang kampung ke Kota Pati. Jika dari Semarang, lewat jalur pantura ke arah timur, kurang lebih 75 km. 

Sebenarnya jarak yang membentang tak begitu jauh. Hanya 2 jam jarak tempuhnya. Bahkan di hari-hari lalu, paling tidak seminggu sekali saya pulang kampung untuk menengok orang tua. 

Tapi, di masa pandemi ini, segalanya menjadi jauh. Tak bisa kemana-mana karena ada anjuran jangan mudik dan pulang kampung untuk sementara waktu hingga situasi aman. 

Jangka waktu pandemi juga tidak bisa ditebak. Karena pandemi ini tidak kelihatan dan membahayakan. Manusia sebagai sarana perantaranya. Maka itu perlu adanya menjaga jarak agar tidak tertular atau menularkan. 

Nah, untuk menuntaskan rasa rindu pada kampung halaman, saya mencoba memasak resep nasi gandul. Mungkin tidak sama persis rasanya. Tapi paling tidak mirip dan bisa sebagai tamba kangen. 

Nasi gandul itu merupakan makanan khas. Kata orang sana, belum ke Pati jika belum merasakan nasi gandul. Nasi yang berkuah melimpah. Berbahan daging sapi yang dimasak sedemikian rupa hingga menjadi makanan super istimewa. 

Kuahnya berwarna coklat kemerahan. Rasanya asin manis gurih sedikit pedas, bersantan mirip-mirip gulai. 

Cara menyajikannya unik. Nasi ditaruh dalam piring yang sebelumnya diberi samir. Kemudian diberi kuah dan irisan daging hingga nasi terendam. Menyelam dong. Iya, karena kuahnya melimpah. Hahaha... sluruuup...Hum sedaap...

Cara menyajikannya unik. Nasi ditaruh dalam piring yang sebelumnya diberi samir. | Foto: Wahyu Sapta.

Oh, ya. Saat menikmatinya, bisa memakai sendok yang terbuat dari daun yang disebut suru. Tetapi jika kesulitan dan masih belum terbiasa, memakai sendok biasa saja. Daripada kesusahan makannya, padahal sudah lapar berat dan tidak tahan untuk segera menyantapnya. Nggak nahan deh. 

Nah, karena ada pandemi, saya jadi tidak bisa menikmatinya. Padahal sudah kangen dengan nasi gandul ini. Makanya, setelah pandemi berlalu, saya pengin sekali menyerbu nasi gandul. Klangenan saat pulang kampung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline