Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Berbuat "Gila" Penyeimbang Jiwa?

Diperbarui: 21 Agustus 2016   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://musik-gue-aja.blogspot.co.id/search/label/News?updated-max=2013-03-05T17:34:00-08:00&max-results=20&start=20&by-date=false

Ada kalanya, saat kita jenuh, sedang mengaso atau di waktu senggang, kita berbuat hal-hal yang lucu, yang di luar kebiasaan kita. Kita “menggila”!

Misal, saat kita berada di mobil, menyetir sendirian, kita membunyikan radio atau tape dengan lagu-lagu kesukaan kita dan kita bernyanyi sekeras mungkin mengikuti lagu tersebut. Mungkin orang lain tidak menyangka perbuatan kita, karena yang kita lakukan itu pada saat kita sendirian. Padahal saat kita berhadapan dengan orang lain, saat meeting atau sedang bekerja, kita alim alias jaim.

Contoh lain, misal saat kita di rumah, kita bermain game di handphone atau video game layaknya anak kecil, berteriak-teriak kesal saat kalah dalam permainan tersebut. Kadang-kadang handphone yang menjadi alat permainan menjadi sasaran. Dibanting atau dipukul, lalu diambil lagi disayang-sayang, hahaha... Nah, orang tak akan menyangka kan, jika kita ternyata juga bisa lebay? Uhuuii..

Saya bukan ahli terapi atau psikolog atau apapun, tapi saya sebagai pengamat, yang melalui pengamatan saya itu, saya menarik kesimpulan, bahwa seseorang, yang meskipun tampak luarnya keren, jaim, anggun, juga pernah berbuat “gila” untuk menyeimbangkan jiwanya. Alasan mereka berbuat begitu adalah: “daripada saya stress dan berbuat yang tidak-tidak, lebih baik “menggila” sedikit.”

Pernah saya bertemu dengan seseorang, yang mungkin saat ia berada di depan publik, adalah seorang yang di segani. Ternyata, saat tertentu ia juga pandai melucu dan melakukan gerakan-gerakan lucu, yang membuat orang lain tertawa. Tetapi tentu saja, ia melakukan di kalangan terbatas, di lingkungan orang yang ia percayai dan yang bisa memakluminya. Alasannya juga sama, daripada saya stress memikirkan pekerjaan yang tak ada habisnya, begitu katanya. Dan bukti yang saya simpulkan, seseorang yang berbuat “gila” tersebut baik-baik saja, pekerjaannya bagus, usahanya bagus, juga merupakan orang yang sukses. Tak menyangka kan?

Tapi sih, menggila yang saya maksud di sini, bukan gila yang beneran, tapi gila yang di sengaja dan merupakan  gila yang positif. Bukan gila yang menggilai, atau gila yang itu tuh.... heeem... 

Mungkinkah, berbuat “gila” penyeimbang jiwa?  

Ups... biarpun kita normal, sesekali “gila” it’s okey kali yaaaa.... hahahaha..  

Silahkan mencoba...

Happy weekend, saatnya “menggila” dan berkumpul dengan keluarga..

Minggu yang cerah, 21/08/2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline