Lihat ke Halaman Asli

Vicky AgustinS

Pelajar Universitas Muhammadiyah Purworejo

Meningkatkan Kesadaran Mental Pada Anak Muda

Diperbarui: 14 Desember 2023   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Era digital adalah masa di mana orang mengandalkan media digital untuk mendapatkan informasi atau berkomunikasi, daripada menggunakan media lain, sehingga terkadang yang dekat menjadi jauh dan yang jauh menjadi lebih dekat. Jika digunakan secara cerdas, media digital dapat memberikan informasi yang berlimpah. Namun demikian, konten yang tidak baik, seperti berita palsu, pornografi, dan ujaran kebencian, antara lain, juga dapat ditemukan secara online. Oleh karena itu, ketika menggunakan media digital, kita harus selalu waspada.

Mental health adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mengeluarkan potensi di dalam diri masing masing (Menurut World Health Organization). Jadi, kesehatan mental merujuk pada kondisi seseorang yang sedang berada di dalam suatu peristiwa yang mempengaruhi kondisi dirinya baik itu positif maupun negatif. Gangguan kesehatan mental meliputi depresi, kecemasan berlebih, bipolar disorder, dan lain lain. Kesehatan mental adalah cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak.

Kesehatan mental atau mental health sering dianggap sepele, banyak orang orang yang menganggap bahwa kesehatan mental itu hal yang biasa dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan sehari hari, bahkan ada yang menganggap bahwa orang yang memiliki gangguan kesehatan mental adalah orang yang tidak waras. Namun, sebenarnya kesehatan mental itu menjadi hal yang cukup penting, karena kesehatan mental akan mempengaruhi kehidupan kita sehari hari, seperti bisa mewujudkan potensi kita yang sesungguhnya, lebih produktif, dan lebih bersemangat.

Masa remaja adalah periode kritis untuk mengembangkan kebiasaan sosial dan emosional yang sangat penting bagi kesehatan mental. Hal ini termasuk membangun pola tidur yang sehat, berolahraga secara teratur, mengasah kemampuan mengatasi masalah, pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal, serta memperoleh kemampuan untuk mengatur emosi. Lingkungan yang melindungi dan mendukung, baik di dalam keluarga dan komunitas yang lebih luas, serta di sekolah, sangatlah penting. Paparan terhadap lebih banyak faktor risiko pada masa remaja mungkin memiliki potensi dampak yang lebih besar pada kesehatan mental. 

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres pada masa remaja antara lain menghadapi kesulitan, menyesuaikan diri dengan ekspektasi teman sebaya, dan mengeksplorasi identitas diri. Media dan norma-norma masyarakat dapat memperburuk tingkat perbedaan yang dialami remaja antara kenyataan dan visi mereka untuk masa depan. Kualitas kehidupan rumah tangga dan hubungan dengan teman sebaya juga merupakan kontributor utama. Kekerasan, terutama kekerasan seksual dan perundungan, bersama dengan pola asuh yang keras dan masalah sosial-ekonomi yang parah, dapat menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan mental.

Beberapa remaja memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mental karena kondisi tempat tinggal mereka, pengalaman stigma, diskriminasi, atau pengucilan, atau kurangnya akses ke dukungan dan layanan berkualitas tinggi. Kelompok ini terdiri dari remaja yang tinggal di lingkungan yang tidak aman dan bergejolak; remaja yang memiliki penyakit kronis, gangguan spektrum autisme, disabilitas intelektual, atau kondisi neurologis lainnya; remaja yang sedang mengandung, orang tua remaja, atau individu yang berada dalam pernikahan dini atau pernikahan yang dipaksakan; anak di bawah umur yang tidak memiliki orang tua; serta remaja yang memiliki etnis atau orientasi seksual minoritas atau kategori lain yang dikecualikan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti dampak pandemi COVID-19 terhadap kehidupan kita. Selain itu, WHO juga mendesak negara-negara untuk memprioritaskan kesehatan mental, yang merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang paling terabaikan, dan telah menjadi salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi. Patut dicatat bahwa hampir 1 miliar orang mengalami gangguan jiwa, 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat konsumsi alkohol yang berbahaya, dan satu orang meninggal karena bunuh diri setiap 40 detik. Saat ini, pandemi COVID-19 telah berdampak pada miliaran orang di seluruh dunia, yang mengarah pada hasil kesehatan mental yang buruk.

Akibatnya, telah terjadi peningkatan pembicaraan mengenai kategorisasi fasilitas kesehatan mental sebagai salah satu masalah global yang paling penting. Gangguan kesehatan mental, yang sering kali disembunyikan dari masyarakat, memiliki spektrum yang luas . Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam penanggulangan COVID-19 (World Health Organization, 2020b). 

Dari apa yang kita bahas, kita harus lebih peka terhadap kesehatan mental semua orang terutama anka muda,, yang nantinya akan bergantian memimpin negeri kita. Tidak harus sesuatu yang besar, kita bisa mulai dari hal-hal terkecil yang ada di sekitar kita. Lingkungan yang melindungi dan mendukung, baik di dalam keluarga dan komunitas yang lebih luas, serta di sekolah.  Dengan membatasi juga apa yang seharusnya kita lihat dan tidak, apa yang harus kita pikirkan atau tidak demin menjaga kesehatan mental kita lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline