Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan bersama Umar (Minggu yang Dinanti-nanti)

Diperbarui: 11 Mei 2021   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hari Minggu, hari yang dinanti-nanti Umar. Dia merasa hari ini sangat spesial dari hari lainnya. Setiap pagi dia selalu menanyakan nama hari. Rasyid juga seperti itu. Bahkan mereka bersorak-sorai ketika dikatakan hari itu hari Minggu.

"Senin, Selasa, Rabu Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Hari Minggu tak sekolah", nyanyian mereka.

"Umi, hari ini hari apa?"tanya Rasyid.

"Hari Minggu,"jawab umi tersenyum.

"Alhamdulillah...Umi libur, dek. Kita bisa main bersama umi dari pagi,"kata Umar melonjak-lonjak di atas kasur.

Dia berkejaran kegirangan menikmati hari Minggu dengan umi. Dia menceritakan pertemuannya dengan Eyang semalam. Kebahagiaannya dilengkapi dengan bertemu anak Papi (anak adek abi), Zayn namanya. Cucu paling kecil dari Eyang dan Bundo. Sudah tiga bulan mereka tak bertemu.

Setelah dia bercerita, datang seorang pengemis.

"Assalammualaikum,"suara nenek tua dari balik pagar.

"Waalaikumsalam,"jawab Umar menuju sumber suara.

Umar berlari lagi mengambil dompetnya dn menyampaikan kepada umi ada nenek tua meminta-minta di luar. Tanpa pikir panjang dia mengeluarkan uang dari dompet besar berwarna merah yang dia jadikan penyimpan uang hasil kerjanya dan pemberian orang. Dia mengeluarkan uang sepuluh ribu dan memasukkan uang ke dalam ember nenek tua itu.

Pengemis itu berterima kasih dan tersenyum pada Umar. Umi melihat Umar dari balik tirai dan sangat bangga atas perbuatan anak sulungnya. Umi memeluk Umar, mengucap rasa bangga pada anaknya yang mau berbagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline