Lihat ke Halaman Asli

Suicide As Blind Will

Diperbarui: 6 Desember 2022   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bunuh Diri Sebagai Opsi

Semakin berkembangnya zaman semakin tinggi pula tingkat kasus bunuh diri di seluruh dunia. Mirisnya, bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi nomor tiga.Tindakan bunuh diri kebanyakan ditemukan pada manusia dengan usia produktif yaitu 15-19 tahun. Namun, perilaku bunuh diri tidak hanya dilakukan oleh remaja atau pun orang muda saja, perilaku ini dapat dilakukan oleh semua golongan usia.

Menurut data WHO (World Health Organization), kasus bunuh diri di dunia mencapai angka 800 ribu, angka ini bahkan belum termasuk kejadian yang tidak dilaporkan oleh pihak yang terkait. Di Indonesia sendiri terdapat 671 kasus kematian akibat bunuh diri yang dilaporkan oleh Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2020. Sementara data Potensi Desa (Podes), Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 melaporkan terdapat 5.787 korban bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri.

Tidak semua manusia memiliki mental yang cukup kuat untuk hidup dibawa tekanan yang mereka hadapi. Umumnya, percobaan bunuh diri yang dilakukan seseorang merupakan bentuk ketidakmampuan mereka dalam menghadapi permasalahan tertentu. Dengan beranggapan bunuh diri merupakan opsi terbaik untuk keluar dari situasi yang menyulitkan mereka.

Depresi menjadi penyebab tertinggi seseorang melakukan bunuh diri. Depresi sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti pekerjaan, pendidikan, percintaan, pergaulan, keungan, dan keluarga. Depresi dan stres membuat seseorang menyesali hidupnya, mereka merasa tidak berguna dan tidak dipedulikan di dunia. Mereka memiliki pikiran bahwa dunia ini terlalu jahat pada mereka, dunia akan berjalan sebagaimana mestinya meski tanpa adanya mereka.

Depresi merupakan sebuah gangguan mental yang dapat dialami oleh semua orang, mulai dari anak muda hingga orang tua. Depresi bisa diartikan sebagai sebuah peristiwa mental yang memberikan dampak negative terhadap cara berpikir dan bertindak seseorang. Depresi bisa dibagi menjadi lima tingkatan.

Denial (Menolak mengakui bahwa dia memiliki masalah mental), Anger (Merasa marah, kenapa harus "saya" yang mengalami masalah ini, kenapa bukan yang lain), Bargaining (Mereka mulai mengharapkan agar gangguan tersebut hilang), Depression (Merasakan Emotional Numb), Acceptance (Menerima keadaan mereka sepenuhnya). Depresi menunjukkan bahwa semua bagian dari generasi bisa dilahap oleh masalah ini.

Orang yang mengalami gangguan depresi cenderung menganggap bahwa hidup mereka hanyalah sebuah penderitaan jangka panjang yang dibebankan kepada mereka, serta mereka juga menganggap bahwa segala sesuatu dapat berjalan lebih baik dari semestinya ketika mereka menghilang dari kehidupan.

Kehendak Buta Menurut Schopenhauer

Kehendak buta itu menunjukkan sikap pesimistis. Sikap ini dibongkar dari pemikiran filsuf asal Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang juga ternyata tipikal orang pesimistis.

Menurut pandangan Schopenhauer, semua hal yang dilakukan manusia merupakan dorongan dari dalam diri atau bisa disebut sebagai kehendak manusia. Makna kehendak itu sendiri adalah kemauan atau keinginan, jadi dapat diartikan bahwa kehendak manusia adalah sebuah kemauan atau keinginan dari manusia itu sendiri. Hakikat manusia itu bukan terdapat dalam kesadaran dan akal budinya, namun justru kehendak buta yang irasional lah yang mendorong hakikat manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline