Lihat ke Halaman Asli

Ngomongin Seni dan Budaya

hai saya suka menulis puisi, menggambar, dan curhat.

Di Balik Cerita Pejuang Air Bersih

Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Haji Chaerudin dikenal dengan sebutan Bang Idin, warga Kampung Karang Tengah, Jakarta Selatan, bersama warga lain berhasil mengubah pinggiran Sungai Pesanggrahan dari tumpukan sampah menggunung dengan aroma busuk, lima belas tahun silam, menjadi hutan kota yang rindang. Waktu itu sampah menumpuk di mana-mana ditambah lagi aliran sungai yang berwarna kehitaman, tidak selayaknya sungai seperti yang ia lihat saat kecil.

Kesal, ia pun menyusuri Sungai Pesanggrahan dari hulu sampai muara dengan rakit sejauh 136 km. Sepanjang perjalanan ia melihat rumah dibangun membelakangi sungai dan sungai dijadikan tempat pembuangan sampah. Tak hanya itu, ia juga mencatat jenis pohon yang tumbuh, ikan-ikan yang ditemui, dan satwa apa saja yang tidak pernah ia temui lagi dalam kurun waktu tertentu.

Tersebab kesal, ia pun menggerakkan beberapa orang untuk menanam puluhan ribu pohon bambu dan pohon jenis lain. Selain itu dia juga mengangkut tumpukan sampa di sepanjang pinggiran sungai, termasuk yang ada di sungai, ke tempat pembuangan. Meski tak mudah, ia dan teman-teman seperjuangan menghadapi beberapa kendala, mislanya bertengkar dengan orang yang senang membuang sampah di sungai.

Kegiatan Bang Idin dan masyarakat bisa jadi contoh tentang bagaimana menjaga sumber air tetap bersih. Dengan membersihkan sungai dan pinggiran dari sungai dari sampah, artinya kualitas hidup masyarakat sekitar meningkat. Apalagi pepohonan yang ditanam menghasilkan buah dan buahnya dapat dimanfaatkan bersama. Dengan aliran air yang bersih, air Sungai Pesanggrahan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Manusia perlu air

Seperti sebuah kehidupan, air pun begitu, memulai perjalanannya dari tempat yang paling tinggi menuju ke tempat paling rendah. Dalam sebuah siklus, daerah hulu menampung air hujan dan air dari sumber mata air.

Menurut Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, Dosen Hidrologi dan Pengelola DAS di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, perjalanan air dari hulu sampai ke dalam gelas bisa mencapai 500 tahun karena harus melalui beberapa lapis tanah, bebatuan, sampai ke lapisan akuifer. Akuifer adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air.

Akuifer memang lapisan yang bisa membawa air yang bergerak di dalam ruang antar butir-butir tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable. Akuifer merupakan tempat penyimpanan air tanah sekaligus penyalur air seperti jaringan pipa. 

Perjalanan air tanah dari lapisan akuifer di daerah pegunungan hingga ke daerah hilir cukup panjang dan memakan waktu. Sampai ke tangan kita, air terbagi menjadi beberapa fungsi, untuk minum, mandi sekaligus mencuci, dan untuk pertanian. Ketiga fungsi itu pun punya kriteria tersendiri.

Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air dan 75% otak manusia berupa air. Dari situ jelas bahwa tubuh sangat bergantung pada air, kekurangan cairan, metabolisme tubuh akan terganggu termasuk kurang konsentrasi.

Kebutuhan manusia akan air seperti sebuah nyawa tersendiri. Manusia bisa tidak makan satu minggu tapi manusia tidak bisa tidak minum satu minggu. Air yang dimaksud adalah air bersih karena tidak semua air bisa manusia manfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya air sungai yang tercemar dan air laut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline