Lihat ke Halaman Asli

USMAN HERMAWAN

Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

Anggota KPPS Honornya Lumayan Mestinya Banyak Peminat

Diperbarui: 2 Januari 2024   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: dokpri

Dari informasi yang saya dapati jadi petugas KPPS pemilu 2024 honornya memang lumayan. Bagi warga biasa cukuplah untuk membeli dua karung beras. Ketua mendapat satu juta dua ratus ribu rupiah, anggota satu juta seratus ribu rupiah, dan satlinmas tujuh ratus ribu rupiah. 

Ada kenaikan signifikan dibanding dengan honor pada Pemilu 2019, yakni ketua lima ratus lima puluh ribu, anggota lima ratus ribu rupiah, dan satlinmas lima ratus ribu rupiah. 

Namun walaupun sepertinya menggiurkan, tidak ada kabar warga berebut ingin jadi ketua ataupun anggota di enam RT di kampung saya, Kampung Gurubug, Kabupaten Tangerang.

Seperti halnya melaksanakan tugas  anggota KPPS yang gampang-gampang sulit, mencari anggota KPPS untuk pemilu 2024 pun sama.   Diakui Bapak Asmat, ketua RW di wilayah saya, untuk tujuh TPS dibutuhkan tenaga 49 orang dengan usia 17 sampai dengan 55 tahun. 

Ternyata tidak terlalu mudah mendapatkan warga yang bersedia menjadi anggota KPPS. Hal tersebut dimungkinkan karena faktor pendidikan yang umumnya rendah dan kesibukan yang umumnya warga punya pekerjaan. Dikhawatirkan  warga  ada urusan pemilu yang harus dikerjakan pada jam kerja mereka.

Pada Pemilu 2019 saya diminta oleh ketua RT menjadi ketua. Semula saya ragu, tapi ketua RT yang berpengalaman terlibat dalam kegiatan Pemilu dan Pilkada tersebut membujuk saya. 

Gampanglah, kalau ada rapat-rapat bisa diwakilkan,  katanya. Diberitahu juga jumlah nominal honornya. Akhirnya saya terima, sekalian cari pengalaman. Itulah kali pertama saya terlibat dalam Pemilu.

Dengan honor segitu saya rasa cukup. Kesediaan saya untuk terlibat dalam kegiatan Pemilu tentu tidak semata-mata karena ada honornya. Bagi saya melibatkan diri dalam urusan kenegaraan dan kemasyarakatan tentu ada nilai idealisnya.

Pada tulisan ini saya coba ingat-ingat pengalaman saya pada saat itu. Kampung saya terbagi menjadi dua RW, tiap RW ada tiga RT. Di wilayah RW saya ada enam TPS, di pusatkan di satu gedung SD, menggunakan ruang kelas.  

Sekian hari sebelum pelaksanaan saya mengikuti penjelasan teknis di satu tempat yang diikuti oleh anggota KPPS sekelurahan. Mungkin karena posisi saya di belakang, sehingga saya tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai teknik pelaksanaannya. Selain itu, mungkin ada penjelasan teknis lain sebelumnya yang tidak dapat saya hadiri karena alasan kesibukan kerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline