Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Toleransi yang Diajarkan Rasulullah

Diperbarui: 28 September 2022   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi toleransi dalam interaksi sosial/sumber: pexels-cedric-fauntleroy-7221279

Para pemuka Quraisy sudah mumet berat dengan dakwah Rasulullah Saw. Orang-orang Makkah semakin hari semakin banyak yang menjadi pengikutnya. Meninggalkan agama lama, menyembah berhala.

Para pemuka Quraisy merasa Hegemoni mereka terancam. Dan mereka sudah sepakat hal ini tidak boleh dibiarkan. Harus dilakukan sesuatu untuk menghentikannya.

Banyak yang sudah mereka lakukan. Dari mulai aksi intimidasi-fisik maupun psikir-terhadap pengikut Rasulullah dari kalangan bawah seperti para budak, sampai aksi mencemarkan Rasulullah. Mereka memviralkan bahwa Rasulullah sebenarnya dukun, tukang sihir. Termasuk menyebut Rasulullah sebagai orang gila.

Namun, semua aksi itu tidak ada hasilnya. Mereka yang merasa tertarik dengan dakwah Rasulullah langsung mengucapkan syahadat untuk memeluk Islam sebagai agama baru.

Sampai kemudian mereka menemukan gagasan baru. Mereka menyadari, menahan orang Makkah untuk tidak mengikuti agama baru yang dibawa Rasulullah adalah hal yang sulit. Mereka sepakat untuk membujuk Rasulullah agar mengurangi aktivitas dakwahnya.

"Aku yakin, kalau Muhammad mengurangi ajakannya untuk pindah agama, maka akan berkurang pula orang-orang Mekkah yang meninggalkan agama kita." Abu Jahal mengemukakan alasannya.

Para pemuka Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin Khalaf untuk menemui Rasulullah.

Setelah berada di hadapan Rasulullah, Walid bin Mughirah berkata, "Ya Muhammad, kami mempunyai gagasan yang baik, yang sekiranya engkau setuju, maka kami tidak akan lagi melakukan sesuatu yang merugikan pengikutmu."

Rasulullah hanya tersenyum.

"Begini Muhammad, bagaimana kalau kita menyembah Tuhan bergantian. Kami akan ikut menyembah Tuhan yang engkau sembah, tapi esok hari engkau harus ikut bersama kami menyembah Tuhan kami, dan esoknya lagi giliran kami menyembah Tuhan engkau, berikutnya engkau menyembah Tuhan kami," lanjut Walid bin Mughirah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline