Lihat ke Halaman Asli

Ujian Kembali Menghadang Saya.....

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ujian yang paling berat yang pernah saya hadapi adalah pada waktu saya masih duduk di bangku SLA, waktu itu di usia yang sangat muda saya harus ikut Ujian Negara Tata Buku untuk Bond A dan Bond B.   Ujian untuk mendapatkan sertifikat ini bukan main sulitnya  kala itu, makanya saya pernah menulis di Kompasiana, bahwa saya tidak terlalu bangga dengan gelar S1 yang saya peroleh, bukan saya sombong, karena untuk mendapatkan S1 saya merasakan sendiri tidak seberat waktu saya ikut ujian Bond A dan Bond B.   Pertama saya bekerjapun karena saya punya Bond A dan Bond B.

Nah, kali ini nampaknya saya juga akan menghadapi ujian yang sama beratnya dengan ujian untuk mengambil sertifikat Bond A dan Bond B.   Sudah hampir 6 bulan ini saya mengambil kursus KEPABEANAN (BOMZAKEN dulunya) dan Januari 2010 saya harus mengikuti ujian negaranya.   Kenapa saya anggap ujian kali ini cukup berat !

Pertama, dari sisi usia jelas ada pengaruhnya, secara phisik saya sudah tak terlalu segar seperti saat SMA, cepat letih pada saat belajar

Kedua, Kepabeanan itu bukan ilmu hitung atau ilmu pasti seperti Tata buku atau Hitung dagang.   Kalau Tata Buku antara sisi debet atau aktiva dengan sisi Kredit atau Hutang tidak balance, maka sudah pasti salah.   Nah kepabeanan tidak seperti itu, terlalu banyak multi tafsirnya, sehingga kebenaran atas jawaban soal-soal ujian tidak dapat kita pastikan.

Ketiga, waktu ujian negara tata buku Bond A dan Bond B saya tidak ada beban, karena saya lakukan itu atas inisiatif dan biaya sendiri, nah kali ini sekolahnya/kursusnya dibiayai oleh kantor, jadi ada beban mental, ada rasa kekhawatiran bagaimana malunya jika sampai tak lulus ujian negaranya.   Karena biaya untuk ini relatif besar.

Keempat, lulusan ujian ini setiap periodenya juga secara prosentase tidak besar, karena nampaknya Departemen Keuangan (Bea Cukai) lebih mememintingkan kualitas lulusan daripada kuantitas.

Yang membuat saya tetap semangat adalah dorongan keluarga saya, dorongan teman-teman di kantor yang mengatakan dan melihat bahwa saya mampu dan saya bisa.   Semua itu yang membuat saya harus berani maju dan siap selalu.

Saya juga hampir tak pernah lupa selalu mohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dalam menghadapi ujian nanti dan berdoa agar selalu diberi nikmat sehat jasamani dan rohani.

Mohon doa juga dari seluruh rekan-rekan kompasianer.

Wassalam

UUB




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline