Lihat ke Halaman Asli

"Asmara di Balik Bencana"

Diperbarui: 31 Agustus 2016   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[semua foto: dok. pribadi]

Indonesia dikenal sebagai negeri yang rawan bencana, namun masyarakatnya masih jauh dari kata siaga. Rentang waktu dari tahun 1973 – 2014 ada 153 kota/kabupaten di Indonesia yang berada pada zona bahaya tinggi bencana, dan 232 kota/kabupaten berada pada zona sedang.

Pemandangan berbeda terlihat saat saya mengikuti acara “nangkring” yang terselenggara berkat kerjasama Kompasiana dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tanggal 18 Agustus 2016 di Hotel Dafam Teraskita, Cawang. Dalam hati, saya senang menyaksikan betapa Kompasiana sangat peduli dan berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam penanggulangan bencana.

Apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan untuk Kompasiana dan BNPB yang telah meluangkan waktu memberi kesempatan dan membuka wawasan para kompasianer dalam memahami pentingnya menyiagakan diri saat menghadapi bencana, serta mengajak masyarakat untuk sadar bencana yang bisa terjadi kapanpun.

Saya ingat betul ketika bapak Soetopo (Kepala Humas BNPB) mengingatkan kepada kami yang hadir; “bencana bukan hanya untuk ditulis dan diberitakan saat terjadi saja.” Oleh karena itu,saya sangat setuju dan bertekad untuk menggali informasi lebih dalam lagi terkait tentang penanggulangan bencana, serta turut andil dalam memberi pendidikan dan pemahaman kepada masyarakat luas untuk siaga menghadapi bencana.

Mungkin banyak yang mengira jika BNPB hanya beraksi saat bencana terjadi, namun perkiraan tersebut justru salah, dan dapat dibuktikan melalui program-program edukatif yang dilakukan oleh BNPB. BNPB tentu tidak dapat bekerja sendiri dalam mendidik masyarakat supaya peka terhadap bencana, oleh karena itu BNPB menggandeng beberapa lembaga untuk dapat mewujudkan program-program tersebut.

Salah satu program yang baru saja diperkenalkan adalah Sandiwara Radio “Asmara dibalik Bencana” yang disiarkan oleh 20 stasiun radio yang tersebar di berbagai provinsi di pulau Jawa, dan 2 stasiun radio diantaranya adalah radio komunitas.

Mengapa Sandiwara Radio? Saya menyimpulkandari catatan resmi BNPB, bahwa sandiwara radio memiliki minat tersendiri di masyarakat. Meskipun stasiun radio memiliki resiko gangguan teknis dalam penyiaran, seperti gelombang yang timbul tenggelam, namun radio mampu menjangkau hampir seluruh perkampungan di pelosok negeri. Sehingga dengan begitu efektifitas sosialisasi dapat terpenuhi, dan masyarakat dapat mendengarkan sandiwara yang edukatif.

Maka dari itu, untuk mensukseskan program sandiwara tersebut. Penulis cerita, sutradara dan para pengisi suara diharapkan juga dapat bertatap muka langsung dengan para penggemar. Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat semakin mencintai sandiwara radio dan merasa menjadi pelopor keluarga siaga bencana.

Berikut ini radio-radio yang menyiarkan sandiwara radio dan jadwal tayang:

Provinsi Jawa Timur

  • GE FM (Madiun), pukul: 19.10 – 19.40
  • Senaputra FM (Malang), pukul: 19.00 – 19.30
  • Gema Surya FM (Ponorogo), pukul: 19.00 – 19.30
  • Soka FM (Jember), pukul: 19.00 – 19.30

Provinsi Jawa Tengah

  • SPS FM (Salatiga), pukul: 19.00 – 19.30
  • Studio 99 FM (Purbalingga), pukul: 16.30 – 17.00
  • CJDW FM (Boyolali), pukul: 19.30 – 20.00
  • Radio H FM (Karanganyar), pukul: 19.00 – 19.30
  • Merapi Indah FM (Magelang), pukul: 19.00 – 19.30
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline