Lihat ke Halaman Asli

Umar Sofii

Bukan Siapa-siapa

Pasrah Kepada Takdir

Diperbarui: 4 Juni 2025   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasrah kepada takdir bukan berarti menyerah tanpa usaha atau menjadi apatis. Pasrah di sini lebih bermakna sebagai sikap menerima dengan ikhlas segala hasil dari usaha yang telah kita lakukan, sesuai dengan skenario yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.

Sikap pasrah semacam ini sebenarnya bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan batin. Dengan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana yang lebih besar, pikiran dan perasaan kita tidak mudah bertentangan. Kita tidak mudah kecewa atau gelisah jika hasil tidak sesuai harapan, karena kita memahami bahwa apa pun yang terjadi pasti ada hikmahnya.

Ada anggapan bahwa orang yang pasrah kepada takdir akan cenderung apatis dan tidak memiliki motivasi hidup. Padahal, justru dengan meyakini takdir, pikiran dan perasaan bisa lebih selaras. Kita tetap berusaha dengan sungguh-sungguh, namun tidak menyandarkan hati secara mutlak pada hasil tertentu. Ini membuat jiwa lebih tenang, baik saat mencapai tujuan maupun ketika harus menerima kegagalan.

Lalu, bagaimana dengan usaha meraih cita-cita? Justru dengan keyakinan kepada takdir, usaha tersebut dilakukan dengan lebih tenang dan penuh makna. Seseorang yang tidak percaya takdir sering kali mengalami konflik batin ketika usahanya tidak membuahkan hasil. Ia bisa merasa frustrasi, stres, bahkan kehilangan arah.

Berbeda dengan orang yang percaya kepada takdir. Saat ia berusaha keras, ia juga siap menerima hasilnya dengan lapang dada. Jika berhasil, ia bersyukur; jika gagal, ia tetap tabah. Sikap seperti ini justru melindungi diri dari benturan antara pikiran dan perasaan. Hati tidak mudah hancur, pikiran tetap jernih, dan semangat untuk bangkit lagi pun tetap terjaga.

Dengan demikian, pasrah kepada takdir bukanlah sikap lemah atau menyerah begitu saja. Tapi justru merupakan kekuatan batin yang membuat kita lebih tangguh menghadapi hidup---berjuang dengan gigih, namun menerima dengan ikhlas.

Malang 4 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline