Lihat ke Halaman Asli

Ulvi Zakiyah

IAIN Jember

Aliran Eksistensialisme Pendidikan dan Pemikiran dari Para Tokohnya

Diperbarui: 21 Mei 2020   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum wr.wb... Dengan saya Ulviy zakiyah, kali ini saya akan memaparkan sedikit tentang materi filsafat pendidikan yakni Aliran Eksistensialisme, dan juga pemikiran para Tokohnya ya teman teman...
A.Pengertian Aliran Eksistensialisme

Kata dasar dari eksistensi adalah exist yang berasal dari bahasa Latin, yaitu "ex" yang berarti keluar dan "sistere" yang berarti berdiri. Jadi , eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.  filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Artinya bahwa manusia sebagai subyek. 

Subyek artinya yang menyadari, yang sadar. Dan barang-barang yang disadarinya disebut obyek. Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman- pengalaman individu.

Cara beradanya manusia adalah hidup bersama dengan manusia lainnya, ada kerja sama dan komunikasi serta dengan penuh kesadaran, sedangkan benda-benda materi lainnya keberadaannya berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya sendiri dan tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.

B.Para Tokoh beserta Pemikirannya dalam Aliran Eksistensialisme

Tokoh - tokoh eksistensialisme ini cukup banyak, di antaranya:

1.Soren Aabye Kierkegaard

Soren Aabye Kierkegaard ini lahir di Kopenhagen, Denmark. Ia menentang keras pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas tersebut. Inti dari pemikiran tokoh ini, yaitu:

*Eksistensi adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi, manusialah sebagai pusat perhatian, sehingga bersifat humanistis.
* Berek sistensi tidak statis tetapi dinamis, yang berarti menciptakan dirinya secara aktif, merencanak an, berbuat dan menjadi.
*Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka serta realistis. Namun demikian manusia terikat dengan dunia sekitarnya terutama sesama manusia.

2.Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre lahir pada tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal dari keluarga Cendikiawan. Ia mengakui sama sekali tidak percaya lagi akan adanya Tuhan dan sikap ini muncul semenjak ia berusia 12 tahun. Bagi dia, dunia sastra adalah agama baru, karena itu ia menginginkan untuk menghabiskan hidupnya sebagai pengarang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline