Lihat ke Halaman Asli

"Ramadan ya Habib, Laytaka Dawman Qareeb!"

Diperbarui: 14 Januari 2019   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maher Zain penyanyi berdarah Lebanon yang kini menetap di Swedia ini adalah juga seorang komponis, produser, dan penulis lagu. Lagu "Ramadan" nya ini, mengantarkan imajinasi saya kepada perpisahan dengan Ramadan, yang sebentar lagi akan tiba.

Seperti yang saya kutip dari Dr. Jamal D. Rahman, di dalam "Ramadhan Dalam Imajinasi Nabi (2008),  berlangsung dialog antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan sahabatnya. Dialog ini diambil dari kitab klasik di pesantren "Durrotun nashihin".

"Di malam terakhir Ramadan, langit, bumi, dan para malaikat semuanya menangis karena musibah yang menimpa umat Muhammad".

"Musibah apakah gerangan itu, wahai Rasulullah ?", bertanya sahabat.

"Kepergian bulan Ramadan !"

Gambaran kepergian Ramadan sebagai sebuah "musibah" menunjukkan betapa berharga dan tinggi nya posisi Ramadan di antara bulan-bulan lainnya. Tentu tanpa mengabaikan bahwa dengan berakhirnya Ramadan, kita memasuki hari Idul Fitri, hari kita kembali ke fitri.

Digambarkan bahwa dengan akan berakhirnya Ramadan ini membuat bukan hanya orang-orang saleh dan mukmin yang merasa kehilangan. Bahkan langit, bumi, dan malaikat pun turut menangisi kepegiannya. Keutamaan dan kemuliaan Ramadan, bukan semata karena Ramadan membawa magfirah atau pengampunan yang luar biasa. Tetapi juga karena Ramadan membawa rahmah, yang luar biasa pula !

Di bulan Ramadan inilah, pintu- pintu pengampunan itu dibuka selebar- lebarnya. Lailatulqadr, kemuliaannya bahkan digambarkan melebihi kemuliaan seribu bulan. Malam qadr ini tak pernah dianugerah kan kepada umat- umat terdahulu, kecuali kepada umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka siapa yang pada malam itu beribadah (dan melakukan kebaikaan- kebaikan), ia seperti beribadah (dan berbuat kebaikan- kebaikan) selama lebih dari seribu bulan.

Tentang keagungan dan magfirah yang menyertai Ramadan, digambarkan di dalam hadis- hadis Qudsi berikut ini. Yang saya kutip lagi dari Jamal D. Rahman (2008).

Pada awal Ramadan, angin berembus dari bawah singgasana Tuhan. Dan, daun- daun pepohonan surga pun bergoyang, hingga terdengar desir semilir teramat merdu. Tak pernah terdengar sebelumnya desir semilir semerdu itu !

Pada bulan Ramadan arasy dan singgasana Tuhan berseru, sementara malaikat berkata lirih, " Beruntunglah umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka dianugerahi kemuliaan. Matahari, bulan, bintang, dan burung-burung di udara, ikan di air, dan semua makhluk yang memiliki ruh di bumi --kecuali syaitan-- memohonkan ampun bagi umat Muhammad. Mereka berdoa siang dan malam tak henti- hentinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline