Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ramadan ya Habib, Laytaka Dawman Qareeb!"

24 Juni 2018   15:55 Diperbarui: 14 Januari 2019   05:42 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lalu Allah berkata kepada malaikat, "Persembahkanlah (pahala) salat dan tasbihmu di bulan Ramadan ini kepada umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam".

Alangkah agungnya bulan Ramadan !.

Bila terhadap setiap amal kebaikan seorang hamba, akan dilipat gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali, terhadap ibadah puasa Ramadan, Allah sendirilah yang akan menentukan kelipatan balasannya. Inilah salah satu rahmah luar biasa dari Ramadan.

Seperti dikatakan di dalam sebuah hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipat gandakan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Tapi kemudian Allah  Azza Wa Jalla berfirman: "Kecuali puasa. Puasa itu adalah untuk- Ku, dan Akulah sendiri yang akan membalasnya. (Karena) orang- orang yang berpuasa itu telah meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata !".

Demikianlah orang- orang yang berpuasa itu, bukan lagi sekedar meninggalkan syahwat dari mempergunjing kan saudaranya. Bahkan menahan mulutnya dari berkata, kecuali dengan kata- kata yang akan mendekatkan diri kepada Allah. 

Mereka pun tidak lagi sekedar meninggalkan syahwat penglihatan, pendengaran, dan pikiran dari segala perkara yang sia- sia. Kecuali untuk  hal- hal yang bermanfaat. Pada diri mereka dan pada diri saudara- saudara mereka, sesama hamba Allah. Mereka bukan lagi meninggalkan syahwat berkeluh- kesah, bahkan menggantinya menjadi kebiasaan bersyukur.

Orang- orang yang berpuasa itu, bukan lagi sekedar menahan  syahwat  dari mengambil yang bukan hak mereka. Bahkan terhadap yang diizinkan untuk diri mereka, diambilnya kecuali secukupnya agar lebih kanaah dengan hidup ini.  Mereka tidak lagi sekedar menahan makan dan minum pada waktu siang hari. Tetapi juga menahan diri dari makan dan minum yang "berlebih- lebihan" ketika sudah berbuka. Mereka makan dan minum sekedarnya, agar bisa pula merasakan lapar dan hausnya orang- orang yang sedang kekurangan makanan.

Maka, perpisahaan dengan Ramadan inilah yang membuat para sahabat terdahulu, begitupun orang- orang saleh dan mukmin  menangisi kepergian nya. Bulan magfirah dan rahmah. Tak ada jaminan  bahwa kita akan menemuinya lagi tahun berikutnya. 

Dengarlah, elegi perpisahan mereka dengan Ramadan. Ketika Ramadan datang, cinta akan ada dimana- mana. Ramadan adalah kekasih. Kekasih yang diinginkan selalu menemani. Kekasih yang seandainya mungkin tak ingin dilepaskan pergi !  

"I  feel so alive/ It's  like my soul thrives in your light/ But how I wish you'd  be/ Here with me all year around Ramadan  Ramadan/ Ramadan  Ramadan/ Ramadanu  ya habib/ Laytaka dawman  qareeb/  How I  wish you  were always  near/  Love is  every where/ So  much peace fills  up the  air" 

(Aku merasa sungguh hidup/ Seakan jiwaku masuk ke dalam cahayamu/  Tetapi betapa kuberharap kau kan selalu/  Disini, bersamaku sepanjang tahun/ Ramadan Ramadan/ Ramadan yang terkasih/ Betapa kuingin kau selalu disini/ Cinta di seluruh penjuru/ Kedamaian penuhi angkasa)- (Maher Zain).

Wallaahu a'lam.

Bukit Baruga- Makassar, 15 Juni 2018.

kompasiana@ruslanyunus.   

text: all rights reserved.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun