Lihat ke Halaman Asli

Ofi Sofyan Gumelar

TERVERIFIKASI

ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Kiat Cerdas UMKM Melawan Badai Ketidakpastian

Diperbarui: 25 Juni 2020   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Membuat UMKM Harus Berstrategi Untuk Bertahan Di Tengah Kelesuan Ekonomi (Sumber: Dokpri)

Mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang memiliki sikap adaptif, kreatif dan jeli melihat peluang di tengah badai Ketidakpastian.

Jangan jadi singa yang mengembik! Begitu pesan Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Agility. Pesan ini ditujukan kepada para manager dan pemimpin institusi sebagai sindiran untuk bisa survive menghadapi situasi yang tak terduga serta penuh tantangan.

Agility sendiri didefinisikan sebagai kapabilitas untuk merespon perubahan dengan tangkas dan efektif. Kunci utamanya adalah adanya kemampuan adaptif dalam menghadapi tantangan. Skill ini terasa relevan dan sangat diperlukan di tengah kondisi sekarang.

Dunia sedang menghadapi situasi Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Efeknya bukan hanya menyerang kesehatan personal, tapi sudah menggerogoti semua hal termasuk sektor industri dan UMKM. Usaha mereka terancam mentok karena pembatasan aktivitas yang menyebabkan kelesuan ekonomi. Biarpun kini kita menatap era new normal, namun ancaman virus belum sepenuhnya berakhir.

Sebagai institusi bisnis dengan modal pas-pasan, UMKM tergolong unit usaha yang paling rentan gulung tikar gara-gara pandemi ini. Kalau tak mau itu terjadi, maka UMKM harus bisa adaptif seperti yang dibilang oleh Rhenald Kasali. Menurut catatan kompas, ada sekitar 6,3 juta UMKM yang  terpuruk selama masa pandemi ini.

Senada dengan Kasali, Ita Rusita, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa UMKM harus kreatif dan mampu melihat peluang. Ia mendorong UMKM Go Online dan merubah pola bisnisnya secara digitalisasi. Ia merujuk data potensi pasar online serta 800 UMKM binaan BI yang telah berhasil menumbuhkan bisnisnya secara digital.

Ita memaparkan, upaya konkrit yang dilakukan BI dalam membantu UMKM salah satunya dengan memberi insentif kelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) kepada bank yang memberikan kredit bagi ekonomi tertentu/UMKM. Dengan begitu, UMKM yang memiliki kewajiban pembayaran bisa mengajukan restrukturisasi pinjamannya ke bank.

Hal tersebut disampaikannya dalam Kompasiana Nangkring Webinar bersama BI pada hari senin, 15 Juni 2020 lalu. Selain Ita, hadir pula Nycta Gina, artis sekaligus pengusaha hijab. Acara yang mengambil tema "Berperilaku Cerdas Di Tengah Ketidakpastian" ini dipandu oleh COO Kompasiana, Nurullah. Kemarin saya ikutan nimbrung karena tertarik dengan tema acaranya.

Bukan tanpa sebab jika BI peduli pada kelangsungan roda bisnis UMKM. Goncangan terhadap UMKM bisa berdampak pada Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) secara nasional. Itulah mengapa BI memasukkan program bantuan UMKM ini dalam  kebijakan makroprudensialnya.

Ita memberikan analogi yang menarik untuk menjelaskan soal makroprudensial ini. Makroprudensial diilustrasikan sebagai sebuah hutan yang dipenuhi pepohonan.

Pohon-pohon pembentuk hutan ini bisa dianalogikan sebagai mikroprudensial, yang merupakan institusi keuangan. Institusi ini terdiri dari Bank, IKNB (Institusi Keuangan Non Bank), koperasi, rumah tangga, Infrastruktur Keuangan, dan pasar Keuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline