Lihat ke Halaman Asli

Penghiburan buat Sang Pendeta

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang kemarin, sekitar pukul 12 siang.
aku menghadiri Ibadah Penghiburan atas Dipanggilnya Bpk. Pdt. Dr. Djaka Soetapa. Beliau adalah seorang tokoh kharismatik di kalangan lintas agama di Yogyakarta dan seorang ahli dalam bidang kajian Islamologi dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

Ibadah penghiburannya berlangsung di Auditorium UKDW, kampus dimana beliau mengabdikan hidup dan menghabiskan sebagian hidupnya selain menjadi pelayan bagi jema'atnya di sebuah Kristen Jawa.

Sebagai tokoh yang dikenal luas di kalangan lintas agama, terlihat jelas di deretan orang yang menghadiri ibadah penghiburannya.

Tiba di Auditorium UKDW, di barisan depan terlihat seorang bapak tua yang menggunakan peci nasional, hal ini menunjukkan bahwa beliau ibadah tersebut tidak hanya dihadiri oleh kalangan umat Kristiani saja, tapi juga kalangan umat Muslim juga.

Setelah mendapat sekotak snack, aku pun masuk ke dalam ruangan itu.
Ratusan pelayat pun sudah memenuhi ruangan tersebut.

Tidak lama setelah aku mendapatkan tempat duduk.
Ibadah pengiburan pun dimulai.
Para pelayat yang hadir pun membaca beberapa kidung dan doa untuk alamarhum di sebuah selebaran.

Ini pengalaman pertamaku menghadiri prosesi Ibadah penghiburan dan tidak tau harus berbuat apa ketika seisi ruangan mulai melantunkan lagu rohani untuk kepergian Almarhum.

Tiba-tiba Ibu di sebelahku membagi selebaran doa dan kidung jemaatnya kepadaku.

Setelah memperhatikan selebaran tersebut sepintas lalu, aku lali terpaku pada sebuah surat dalam Kitab Suci Injil yang bernama ROMA 14:7,8.
yang berisi,
"Tidak ada seorang pun diantara kita yang hidup bagi diri kita sendiri, dan tidak ada seorang pun diantara kita yang mati bagi diri sendiri.
Jika kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, dan jika kita mati, kita mati bagi Tuhan juga. Jadi, baik ketika kita masih hidup maupun setelah kita mati, Tuhanlah yang memiliki kita".

Setelah mendengar pemaparan dari seorang Pendeta yang menjelaskan kandungan ayat tersebut.

Ingatanku lalu terlempar pada hasil renunganku yang aku kirim pada seorang teman baikku yang beragama Kristen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline