Lihat ke Halaman Asli

Wahadi, Seorang Kakek Penjual Burger Kampung di Yogyakarta

Diperbarui: 23 April 2021   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret kakek Wahadi penjual burger dinar saat ditemui di Jalan Kaliurang

Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar dan kota yang terkenal akan tempat wisatanya, serta wisata kulinernya yang tidak diragukan lagi. Namun, ditengah modernisme seperti saat ini masih ada makanan-makanan murah dan enak yang mulai sulit ditemukan.

Salah satunya Wahadi adalah seorang kakek tua yang berumur 78 tahun, yang berjualan burger kampung di sekitar Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Kakek yang sering dikenal dengan burger dinar ini berasal dari kecamatan Imogiri yang berada di Kabupaten Bantul, beliau memilki seorang istri dan anak. Beliau berjualan untuk menafkahi keluarganya dan untuk bertahan hidup. Beliau berjualan burger kampung yang sudah hampir 16 tahun lamanya, sejak tahun 2004 hingga sekarang.

Keadaan ekonomilah yang membuat beliau terus bekerja keras untuk dapat mendapatkan penghasilan dari berjualan burger, dan uang yang dihasilkan dari berjualan digunakan untuk menafkahi keluarga dan mencukupi kebutuhan keluarga serta untuk berjualan kembali diesok harinya. 

Beliau tinggal di Jalan Kaliurang kilometer 12, disana beliau membuka cabang yang ditunggu oleh karyawannya. Setiap harinya beliau harus bangun pagi untuk mengambil roti dan menyiapkan dagangannya menggunakan gerobak sepeda kesayangannya. Beliau mulai berkeliling mulai dari pukul 8 pagi hingga sore hari di sekeliling Jalan Kaliurang. 

Beliau sering ngetem atau berhenti di sebuah tempat untuk beristirahat dan menunggu pelanggan datang, namun sering juga pelanggan yang memberhentikan kayuhan sepeda beliau untuk membeli burger. Burger kampung yang dijual dengan harga terjangkau mulai dari Rp 8.000,00 hingga Rp 11.000 dengan isian komplit.

Dahulu beliau pernah berjualan kerajinan keliling, sebelum berjualan burger seperti sekarang ini. Beliau tidak pernah mengeluh lelah ataupun capek, namun tetap semangat dalam berjualan dengan riang dan ramah. Beliau selalu tersenyum dan mengajak ngobrol ketika melayani pembelinya. 

Di umur beliau yang sudah senja pekerjaan ini sangat tidak cocok karena menguras tenaga, namun beliau tetap menjalaninya dengan ikhlas karena beliau merasa bertanggung jawab atas keluarganya sebagai kepala keluarga. Beliau 2 minggu sekali selalu menyempatkan diri untuk pulang ke kampungnya untuk memberikan hasil jualannya dan untuk menengok keluarganya.

Kehidupan memanglah tak selamanya menyenangkan, namun apabila dijalani dengan rasa syukur dan ikhlas maka akan ada jalan di setiap cobaannya. Kehidupan tidak hanya tentang si kaya dan si miskin, tetapi tentang siapa yang berani bertahan. Hidup tak selamanya mudah akan ada masa sulitnya, begitulah kerasnya kehidupan dibumi ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline