Lihat ke Halaman Asli

Tutut Setyorinie

TERVERIFIKASI

Lifelong Learner

Puisi: Debu Alam Semesta

Diperbarui: 17 Maret 2021   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: www.treehugger.com

Dan di alam semesta yang sebesar ini,
kau masih mencari:

tulang belulang,
ruang lenggang,
derap kaki tak bertuan.

"Aku lelah," katamu hari ini.
Tapi lusa kau kembali mencari.
Ibarat seorang petualang,
Tekadmu tak begitu saja lekang.

Meski pada kenyataannya:
mimpi selalu kalah,
dunia selalu salah,
harapan selalu patah.

Ibarat berjalan di tengah belukar,
kau yakin sedang tersesat.
Debu alam semesta membuatmu sesak.
Beban di pundakmu bertambah berat.

Kau mengeja napas satu-satu.
Peluh memenuhi kening.
Doa mengalun dalam hening.

Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih arif dibanding garis edar matahari.
Meski alam semesta meminangnya dengan sejuta pesona.
Ia tak pernah beralih, berdalih.

Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Meski bumi tengah disirami berjuta matahari.
Ia tetap bersabar, bertahan.

--
Mar 2020, Mar 2021 [TS]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline