Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Debu Alam Semesta

17 Maret 2021   20:24 Diperbarui: 17 Maret 2021   21:33 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.treehugger.com

Dan di alam semesta yang sebesar ini,
kau masih mencari:

tulang belulang,
ruang lenggang,
derap kaki tak bertuan.

"Aku lelah," katamu hari ini.
Tapi lusa kau kembali mencari.
Ibarat seorang petualang,
Tekadmu tak begitu saja lekang.

Meski pada kenyataannya:
mimpi selalu kalah,
dunia selalu salah,
harapan selalu patah.

Ibarat berjalan di tengah belukar,
kau yakin sedang tersesat.
Debu alam semesta membuatmu sesak.
Beban di pundakmu bertambah berat.

Kau mengeja napas satu-satu.
Peluh memenuhi kening.
Doa mengalun dalam hening.

Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih arif dibanding garis edar matahari.
Meski alam semesta meminangnya dengan sejuta pesona.
Ia tak pernah beralih, berdalih.

Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Meski bumi tengah disirami berjuta matahari.
Ia tetap bersabar, bertahan.

--
Mar 2020, Mar 2021 [TS]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun