Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Warisan Cahaya Seorang Ignas Kleden

Diperbarui: 28 Januari 2024   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr. Ignas Kleden, MA (kanan) di sebuah forum Rapat yang diselenggarakan Kanwil Kementerian Agama NTT tahun 2018 | Pos Kupang,com

Pendidikan kita tidak mengajarkan orang untuk berpikir, tetapi untuk tunduk pada kekuasaan- Ignas Kleden, 2016

22 Januari, Ignas Kleden dikabarkan wafat di Jakarta. Seorang kolega yang duduk di seberang kursi saya pertama kali yang mengabarkan. 

Saya terkejut, setengah tidak percaya. Sudah lama sekali tidak mendengar atau membaca tulisan sosiolog dari Larantuka, Flores Timur ini. 

Bagi generasi hari ini yang kurang akrab dengan sosok yang pernah menerima Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2016 dari Kompas, bisa mengunjungi sedikit cerita tentang beliau di Ignas Kleden: Mendidik agar Taat pada Akal Sehat.

Dari artikel di Kompas.id tersebut, kita bisa mengetahui jika cendekiawan yang satu ini adalah bagian dari generasi pemikir yang mengalami langsung perubahan Orde Lama ke Orde Baru. Sebuah masa yang turut menandai pertumbuhan jenis ilmu sosial yang (dipaksa) melayani kepentingan pembangunan; melestarikan ilmu sosial dari tradisi Modernism Theory.

Ignas Kleden adalah bagian yang memberi kita gagasan untuk mencurigai kekuasaan yang seperti itu. 

Bahkan, ia adalah sosok yang pengaruhnya cukup mendalam bagi perkembangan kritik sastra serta agama di Indonesia. Minimal, saya kira, banyak sekali orang yang belajar bagaimana Ignas Kleden menulis. 

Latar belakang filsafat dan sosiologi reflektif yang dibentuk oleh kultur intelektual Jerman adalah salah satu yang membuat renungannya selalu mendalam, terang dan runut. 

Selama di negeri yang melahirkan sosiolog besar seperti Karl Marx, Max Weber atau Georg Simmel ini, Ignas Kleden belajar "rasionalisme-kritis". Di dalam disertasinya, Ignas Kleden dikatakan mengevaluasi seluruh penelitian Clifford Geertz tentang Indonesia. Mulai dari pertanian, perdagangan, perkotaan, aliran politik, hingga agama.  

Dengan kata lain, ia memeriksa proyek intelektual dari antropolog yang merumuskan konsep pembagian Santri-Abangan-Priyayi dalam Religion of Java yang legendaris itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline