Lihat ke Halaman Asli

husaini arekha

Perintis,penggerak,peduli

A Rancau

Diperbarui: 25 Juli 2018   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berhentilah mengeluh,sungai telah di keringkan.

Air habis menguap membasahi kemaluan -- kemaluan bau di ibu kota,melangkahlah dalam semak -- semak yang menduri kaki telanjangmu dan temuilah para penjajah.

Mintakan mereka senjata untuk membunuh anakmu sendiri,biar kau buktikan pada dunia ternyata bapakmu pernah menjadi pendedam yang heroik,yang tubuhnya di tanam di tanah -- tanah . yang di buang ke jurang -- jurang .seperti komunis atau militan, apa bedanya. Bagiku semua sama, pemabuk yang kelaparan.

Disini,disamping negeriku yang subur , seorang nenek  hidup menduda,pandai bicara dan sering menggigau,

kemana -- mana membawa tongkat  seperti musa atau mungkin dukun fir'aun . dan sering meramal. Jika musim hujan nanti datang ke rumahnya -  mengetuk pintu seperti tamu,iya sembunyi di bawah sempak mendiang kakenya di belakang truk.seperti bayu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline