Lihat ke Halaman Asli

Tupari

TERVERIFIKASI

Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Belum Bisa Move (BBM) On: Masih Cinta Bau Bensin?

Diperbarui: 26 Juni 2025   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Belum Bisa Move On. Sumber: Gambar digenerated by AI

Belum Bisa Move (BBM) On: Masih Cinta Bau Bensin?

Di tengah gencarnya kampanye "go green" dan insentif kendaraan listrik, nyatanya masih banyak masyarakat yang belum tergugah untuk berpaling dari kendaraan berbahan bakar bensin. Sebuah sindiran ringan muncul: "Maaf, saya belum bisa BBM On." Sebuah plesetan dari move on yang mencerminkan dilema: antara ingin mendukung masa depan hijau, tapi belum siap meninggalkan kenyamanan konvensional. 

Di era baterai seperti sekarang ini, saya masih bertahan di era bahan bakar (bensin atau solar). Bukan karena tak peduli lingkungan, tapi karena belum diberi cukup alasan untuk pindah, selain alasan utamanya; faktor ekonomi. Tapi tidak ada salahnya jika saya menyampaikan sikap mental saya di sini.

Sebelum menuliskan ini, saya coba mengulik terlebih dahulu pengalaman teman yang sudah menggunakan mobil listrik. Memang belum ada satu tahun, setidaknya saya mendapat informasi aktual dan berimbang. Dia menuturkan, selama memakai mobil merasa nyaman, praktis, irit, dan nggak ribet. Dari sisi garansi ada garansi baterai seumur hidup dan gratis service selama 15 tahun. Soal harga? Nanti kita bahas.

Istilah Baru: BBM On = Belum Bisa Move dari Mobil Berbahan Bakan Minyak

Saya menggunakan istilah "BBM On" ini bukan sekadar plesetan lucu. "BBM On" sebagai istilah ini tidak hanya ketersediaan bahan bakar, tapi juga menyimbolkan sikap mental dan kebiasaan. BBM ini sebagai metafora dari ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (bensin/solar), bukan sekadar soal emosional "move on". 

Istilah ini memiliki makna ganda, yaitu literal dan simbolik. Secara literal diartikan sebagai Bahan Bakar Minyak (bensin/solar). Secara simbolik istilah ini adalah sikap ketergantungan, kebiasaan, dan kenyamanan lama yang sulit ditinggalkan. Belum siap berpindah karena faktor ekonomi, fungsi, psikologis, atau teknis. 

Tentu, pandangan dan sikap saya ini tak bisa digeneralisasi mewakili seluruh sikap banyak orang Indonesia. Meskipun bisa jadi mewakili kenyataan banyak orang Indonesia hari ini: masih mengandalkan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) dan belum yakin berpindah ke mobil listrik. Faktanya adalah kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) masih mendominasi jalan raya. 

Kenapa?

Karena di antara wacana ramah lingkungan, subsidi, dan insentif, masih ada jurang besar antara niat dan kenyataan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline