Lihat ke Halaman Asli

Gian Darma

wiraswasta

Pemilu dan Persatuan Kita

Diperbarui: 22 Februari 2024   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNBC

Kita telah menyelesaikan satu tahapan penting dalam kehidupan berdemokrasi, yaitu menuntaskan pemilihan umum, yaitu Pemilihan Preseiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (pileg). Meski keduanya masih dalam proses, namun metode quick count membuat satu negara segera tahu siapa yang akan menjadi presiden Bulan Oktober depan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam kehidupan bernegara dan berdemokrasi, pilpres selalu menyisakan sesuatu. Dalam konteks  ini, "keterbelahan" politik menjadi niscaya. Semua lapis warga negara larut dalam kontestasi berbasis pilihan politiknya. Meski politik identitas tidak lagi ikut andil dalam keterbelahan ini, namun beberapa hal misalnya persoalan di MK dll, dijadikan narasi tambahan dalam perbedaan pilihan itu. Sampai persoalan ini merembet ke media sosial, dan sampai berlanjut pada media mainstream.

Seharusnya sebagai bangsa berkesatuan Indonesia,  pasca pemungutan suara, masyarakat juga tak boleh abai terhadap dua amanat Sila Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Setelah pesta demokrasi, kesadaran masyarakat tentang pentingnya persaudaran sesama anak bangsa dan umat manusia perlu disegarkan kembali. Pasca panasnya kontestasi, semua anak bangsa kudu sadar bahwa bangsa Indonesia diikat oleh kesamaan nawacita menuju masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban. Tidak mungkin presiden Joko Widodo yang lima tahun dipilih oleh 55 % pemilih hanya ditaati oleh separuh warga negara. Jadi kita harus punya kesadaran politik bahwa presiden terpilih adalah pemimpin sah untuk kita semua dan harus kita hormati.  

Penguatan rajutan persaudaraan antar anak bangsa dan sesama manusia ini berfungsi untuk meruntuhkan residu egoisme politik yang mungkin masih terpercik pada diri seseorang. Hal ini sangat rentan memicu tensi apalagi ketika hoaks makin bertebaran di media sosial. Karenanya, Dalam konteks masyarakat digital, salah satu cara untuk memperkuat persaudaraan kebangsaan dan kemanusiaan adalah dengan tidak menyebar hoaks, ujaran kebencian, dan adu domba.

Pada akhirnya siapa pun jagoan politik yang menang adalah kemenangan untuk bangsa Indonesia. Dan kemenangan bangsa yang sejati adalah ketika persatuan bangsa tak dapat digugat oleh keangkuhan politik dan persaudaraan antar umat manusia tak dapat diganggu oleh narasi pecah belah. Keduanya adalah komposisi utama mewujudkan Indonesia harmoni dalam keanekaan preferensi politik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline