Lihat ke Halaman Asli

Kartini, Emansipasi dan Perempuan di Era Teknologi

Diperbarui: 5 Agustus 2022   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar nama Kartini, kita akan dibawa pada sosok pemikir sekaligus pelopor emansipasi wanita di tengah keluarga bangsawan Jawa dengan adat dan tradisi yang kuat. 

Dalam surat-surat Kartini, tertulis pemikiran-pemikiran tentang kondisi sosial saat itu, khususnya mengenai kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat Kartini berisi pengaduan dan gugatan, terutama mengenai budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.

Pemikirannya tentang kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan turut mempengaruhi cikal bakal Indonesia. Ibu Bangsa Indonesia, kata W.R. Supratman memuji dalam lagu ciptaannya. Atas perjuangannya melawan perempuan, Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini, yakni 21 April sebagai hari libur nasional yang sekarang dikenal dengan Hari Kartini.

Sebagai salah satu hari bersejarah nasional, tentunya Hari Kartini sering diperingati untuk memperingati wanita pemikir ini. Berikut ini adalah beberapa perayaan yang dilakukan untuk menyambut Hari Kartini.

Perjuangan Kartini dikerdilkan karena banyak yang mengira dia hanya memperjuangkan hak-hak perempuan. Selain itu, nasionalisme yang digagasnya masih sangat konseptual dan tersebar di setiap hurufnya, sehingga sulit untuk diterjemahkan ke dalam dunia pergerakan.

Kartini sebenarnya tidak pandang bulu dalam emansipasi.

 "Usaha kami mempunyai dua tujuan, yaitu turut berusaha memajukan bangsa kami dan merintis jalan bagi saudara-saudara perempuan kami menuju keadaan yang lebih baik, yang lebih sepadan dengan martabat manusia," tulis Kartini kepada Nellie van Kol pada tahun 1901 yang terdapat dalam Emansipasi: Surat-Surat Kepada Bangsanya, 1899-1904 (2017: hlm. 165).

"Tiap-tiap halaman [surat-surat] Kartini selalu menyatakan kerinduannya untuk melihat rakyatnya bangun, bangkit dari keadaan tidur pulas yang telah beratus-ratus tahun mencekam mereka," tulis Tjipto seperti dikutip Sitisoemandari dalam Kartini Sebuah Biografi (hlm. 430).

Sitisoemandari mencontohkan konsep bangsa yang tersirat dalam surat-surat Kartini berperan mendorong munculnya kelompok-kelompok diskusi tentang nasionalisme. Bukan suatu kebetulan bahwa kelompok semacam itu muncul di Belanda dan Indonesia.

Berbicara tentang perempuan di Indonesia, sosok inspiratif yang menuntut emansipasi ini erat kaitannya dengan peran Raden Ajeng (R.A.) Kartini. Emansipasi bertujuan agar perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam segala bidang kehidupan dan diakui ilmunya, sehingga perempuan tidak lagi diremehkan.

Upaya Kartini untuk emansipasi wanita telah dituangkan dalam sebuah buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang", Buku ini juga menjadi simbol semangat perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline