Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Hati-Hati Saat Berlaku One Way, Melintas di Jalur Contraflow

Diperbarui: 30 April 2022   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Lebaran 1443 Hijirah, satu hari lagi?  Meski pemerintah bebaskan mudik dengan catatan tetap patuh pada protokol kesehatan ketat, sebagian besar masyarakat pun sudah berada di kampung halaman. Sementara sebagian besar lainnya, masih akan berjuang menembus kemacetan demi sampai kampung halaman atau tempat tujuan.

Bila cerita terjebak macet, adanya kecelakaan, adanya mobil mogok, dan lain sebagainya, selalu menghiasi suasana di setiap mudik, maka tak terkecuali, hal itu juga terjadi di suasana mudik kali ini.

Terlebih, mudik kali ini, banyak di sebut sebagai Mudik Dendam dan sangat dahsyat tentunya akibatnya. Bukan dendam negatif, tetapi dendam karena dua kali lebaran, masyarakat harus dipisahkan dengan sanak saudara dan kerabat karena corona. Jadi kali ini, masyarakat benar-benar memanfaatkan momentum  untuk sekadar dapat mudik. Asal dapat bersua sanak suadara dan handai taulan. Tak harus memaksakan diri membawa buah tangan dan lainnya.

Seiring dengan itu, pemerintah pun melayani masyarakat dengan berbagai kebijakan mudik. Selain mudik bebas dengan tetap ada aturan protokol kesehatan seperti wajin vaksin booster, jalur mudik pun menjadi prioritas yang sangat-sangat diperhatikan.

Kebijakan lainnya, untuk mengantisipasi dan menyiapkan segala kemungkinan, maka khusus jalur tol bagi pemudik, dibuat aturan khusus. Ada sistem ganjil genap, ada pengaturan waktunya, hari dan tanggalnya, ada pengaturan contraflow, ada one way. Begitu pun untuk arus balik nanti.

Korban one way

Khusus untuk contraflow dan one way, ada kisah menarik. Dari kisah ini, wajib menjadi perhatian pemerintah dan stakeholder terkait. Mengapa?

Sebab, asyik terhindar dari terjebak macet, maka banyak pemudik yang tanpa menyadari justru terseret arus one way hingga tak dapat ke luar di gerbang pintu ke luar tol yang seharusnya dituju.

Peristiwa ini, tentu membikin para pemudik yang jadi korban mengelus dada. Karena, sepanjang situasi one way, di jalur tol yang dilewati tak ada tulisan yang memberi informasi. Bahkan di media massa pun juga tak ada pemberitaannya.

"Saya cukup kaget dan lumayan panik sih. Begitu kurang lebih dua km, mendekati pintu ke luar Tol Pemalang, ternyata tetap tak ditemukan adanya pembatas jalan yang dibuka, untuk pindah dari jalur one way, contraflow ke jalur normal." Ujar pemudik yang sedang mengantri di pom bensin ke arah putar balik menuju Pemalang via jalur arteri/Pantura.

"Awalnya, saya dan keluarga pasrah untuk ikutan terjebak macet saat melintasi jalan tol menuju kampung halaman. Saya masuk dari pintu tol Cawang. Lalu, merayap demi dapat melintas tol layang MHZ. Lebih dari empat km, saya terus merayap. Begitu akhirnya masuk tol layang, ternyata kecepatan bisa stabil antara 70-80 km perjam. Artinya tak ada kemacetan. Begitu turun dari jalan layang, hanya merayap sekitar dua km, sebelum akhirnya masuk jalur contraflow untuk mengikuti aliran one way. Alhamdulillah, saat sahur tiba, saya dan keluarga sudah melintasi Cirebon." ujar pemudik itu, runtut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline