Lihat ke Halaman Asli

Ajeng Leodita Anggarani

TERVERIFIKASI

Karyawan

Cerpen: Bendera Setengah Tiang

Diperbarui: 15 Agustus 2022   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bendera merah putih. (Foto: KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ) 

Lima  tahun lalu kami sekeluarga memutuskan pindah ke rumah baru. Mencari peruntungan yang lebih baik, kata ibu.

Sejujurnya aku tidak terlalu percaya dengan konsep itu. Aku meyakini bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan ke masing-masing hambanya.

Perumahan ini terbilang lengang, penghuninya rata-rata sudah paruh baya. Dalam waktu hanya dua minggu ibuku sudah terlihat akrab dengan tetangga samping kanan kiri dan belakang. Tetangga depan? Ada. Hanya saja orangnya jarang mau bercengkerama.

Namanya pak Suroso. nampaknya beliau tinggal seorang diri, karena aku tak pernah melihat ada orang lain selain dirinya yang keluar masuk rumah bercat hijau itu. 

Usianya kutaksir sekitar 70 tahunan. Sekalipun tak lagi muda, perawakannya yang besar tetap tegap. Dengar -- dengar beliau adalah seorang pensiunan TNI.

Tak hanya dengan keluargaku, dengan tetangga lain yang lebih lama tinggal di sini pun pak Suroso tak banyak berbasa basi.

Tiba saatnya di bulan Agustus, kami mendapat imbauan dari ketua RT untuk memasang bendera merah -- putih sepanjang bulan ini. Aku ikut membantu para tetangga yang sudah lansia. Minimal sebagai anak muda aku agak bermanfaat di mata mereka.

Ku pikir ini waktu yang tepat untuk membuka obrolan dengan pak Suroso. Aku melihatnya duduk sendiri di teras sambil mengikat bendera pada batang bambu berdebu.

"Assalammualaikum, pak Suroso, saya bantu, ya?" tawarku.

Ia sedikit mengangkat kepalanya yang agak menunduk. Melempar senyum yang baru pertama kali kulihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline