Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Luka Apa Yang Paling Sakit Rasanya?

Diperbarui: 13 Agustus 2025   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi 

Kadang, luka paling dalam bukan datang dari musuh, tetapi dari orang yang pernah kita anggap sahabat sejati. Luka itu bukan sekadar melukai hati, tapi juga mencengkeram jiwa, menekan seperti batu besar yang beratnya tak tertanggungkan.

Itulah yang saya alami bertahun tahun lalu. Sahabat dekat yang saya percaya sepenuh hati, justru mengkhianati dan membuat saya tersiksa selama dua tahun. Setiap hari saya membawa rasa marah, kecewa, dan kebencian yang diam.diam menggerogoti hidup saya.

Hingga pada suatu sore, kejadian tak terduga mengetuk pintu rumah. Istri saya memberi tahu bahwa ada tamu yang ingin bertemu. Saat kami turun ke ruang tamu, saya melihatnya ,sahabat itu dengan raut wajah yang saya kenal, namun kali ini penuh penyesalan. Dengan suara pelan, ia berkata, "Saya datang untuk meminta maaf."

Saat itu saya dihadapkan pada pilihan sederhana namun berat: "Take it or leave it." Jika saya menolak memaafkan, mungkin seumur hidup hati ini akan terisi dendam. Tetapi jika saya menerima permintaan maafnya, saya harus rela melepas semua kemarahan yang sudah saya pelihara sekian lama.

Saya bersyukur, Tuhan memberi kekuatan untuk memilih memaafkan. Dan ternyata, begitu kata "Saya maafkan" terucap dari bibir saya, sebuah keajaiban terjadi

Batu besar yang selama ini menghimpit hati saya seolah terangkat. Ada rasa damai yang tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata.

Sejak hari itu, saya bisa makan dengan nikmat, tidur nyenyak, dan setiap pagi, yang pertama saya lakukan adalah mengucap syukur. Hidup tanpa dendam dan kebencian benar-benar menghadirkan sukacita yang tidak ternilai.

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi, dengan harapan dapat menginspirasi siapa pun yang mungkin masih memelihara dendam dalam hati. Saya tahu, memaafkan tidaklah mudah, bahkan kadang terasa mustahil. Tetapi percayalah, inilah satu-satunya jalan untuk membebaskan jiwa dari belenggu kebencian.

Kebencian yang dibalas dengan kebencian hanya akan melahirkan kebencian yang lebih dalam. Seperti kata sebuah peribahasa:

"Hatred cannot be ended by hatred, but only by love."
(Kebencian tidak akan pernah berakhir oleh kebencian, melainkan oleh kasih.)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline