Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Merangkak dari Titik Nadir (Lanjutan Keempat)

Diperbarui: 1 Oktober 2022   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Ketiganya saling berpelukan dalam suasana hati yang bercampur aduk. Andre membayangkan, seandainya mereka hidup dalam berkecukupan, hari ini saat putera mereka tepat berusia 4 tahun,tentu akan mengenakan pakaian baru . Menyanyikan lagu:"Happy Birthday ",meniup lilin dan memotong kue tart ulang tahun . 

Tetapi hari ini,mereka hanya mampu merayakan Ultah putera mereka dengan kue yang dirakit oleh isterinya dari gabus bekas dan sepotong sisa lilin. Hanya ada kue dadar ,hasil dari kreasi isterinya. Namun setidaknya,mereka bersyukur,putera mereka sudah mulai pulih dan tidak lagi demam.

The Show Must Be Go On

Mereka tidak punya waktu untuk berlama lama  larut dalam merayakan ultah ke 4 putera mereka,karena hidup terus bergulir. Untuk tetap bertahan agar tetap hidup dibutuhkan makanan dan untuk mana mereka perlu bekerja keras  mencari uang .

Seperti biasanya, karena  tinggal di kedai yang merangkap sebagai tempat tinggal.maka sejak subuh sudah mulai membuka kedai,untuk jualan kelapa parut. Walaupun tidak ada peresmian sebagai Pasar Pagi,tetapi sejak tempo dulu,pasar ini hanya ramai dikunjungi sejak subuh hingga jam 10.00 pagi .Dan setelah itu sepi dari para pengunjung. 

Karena itu setelah pasar sepi, biasanya Andre menutup kedainya dan bekerja serabutan sebagai buruh bongkar muat barang. Tapi hari ini,kondisinya sungguh tidak memungkinkan baginya untuk kerja bongkar muat barang. Apalagi,menurut isterinya,hari ini ada pesanan kelapa parut dalam jumlah yang banyak,karena akan ada acara pernikahan. 20 buah kelapa parut,berarti mereka akan dapat keuntungan sekitar 100 rupiah. Karena dari setiap butir kelapa,ia mendapatkan upah sebesar Rp.5.-- .Suatu jumlah yang cukup untuk membeli beras dan ikan asin,untuk kebutuhan hidup mereka tiga beranak selama satu minggu.

Saat dirinya dapat informasi dari isterinya,bahwa yang memesan adalah isteri Om Tedy, yang pernah menolak ,saat dirinya datang meminjam uang untuk biaya berobat putera mereka, untuk sesaat Andre terdiam. Tapi ,ia tidak ingin dirinya larut dalam perasaan. Yang penting,siapapun yang memesan kelapa parut ,baginya berarti ada masukan uang dan itu sudah cukup. 

Ia mulai membuka kulit kelapa dengan menggunakan alat yang disebut "Sulo". Yakni besi yang ujungnya runcing dan tajam, yang dipancangkan di lantai. Tetapi baru 3 butir kelapa selesai dikupas dari kulitnya,serasa nafasnya sesak dan matanya berkunang kunang. 

Isterinya yang menyaksikan suaminya ,terhenti mengupas sabut kelapa,buru buru datang menghampiri dan bilang :"Sayang,istirahat dulu,jangan dipaksakan "

Tapi ,Andre tidak ingin pesanan dibatalkan karena terlambat mengantarkan .Dirinya bukan satu satunya orang yang menjual kelapa parut di pasar itu. Maka setelah merasa agak tenang,ia melanjutkan untuk mengupas kedua puluh butir kelapa tersebut. Kemudian menyalakan mesin pemarut kelapa dan mulai bekerja . Menahan getaran mesin saat memarut kelapa,menyebabkan dadanya serasa remuk. Padahal sudah bertahun tahun ia melakukannya setiap hari.Tetapi  cidera akibat terjatuh dari bis ,saat membongkar barang,baru saja mulai mereda dan kini sudah dipaksa untuk bekerja. Andre sadar,bukan waktunya untuk memanjakan diri,maka dengan menahan rasa sakit,ia terus melanjutkan pekerjaannya ,hingga keduapuluh butir kelapa siap di parut.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline