Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Merantau? Ciri Khas Orang Indonesia Tetap Terbawa

Diperbarui: 29 April 2021   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi/bawa pulang setumpuk buku baru dengan gratis

Kalau Ada Yang Gratis, Mengapa Pula Harus Beli?

Tinggal belasan tahun di negeri orang dan bergaul dengan aneka ragam suku bangsa di dunia tentu saja berpotensi menggeser kebiasaan yang selama ini menjadi ciri khas diri sebagai orang Indonesia. Misalnya, ada yang sudah lupa akan bahasa Indonesia, bahkan ada yang lupa bahasa daerahnya sendiri, padahal lahir dan dibesarkan di Indonesia. Ada juga yang kebiasaan hidup berubah total. Biasanya di kampung halaman sarapan dengan nasi goreng dan sebutir telur mata sapi, sejak tinggal di negeri orang, ikutan gaya orang barat makan, yakni sarapan dengan roti keju dan ham, serta susu dan sereal. Tentu saja hal ini menjadi hak preogatif  dari setiap pribadi, mengapa pula kita yang ikut ikutan sibuk mengurus gaya hidup orang lain?

Kebiasaan Yang Sudah Mendarah Daging

Selain dari gaya hidup, ada kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam diri saya sebagai salah satu orang Indonesia. Yakni kalau ada yang gratis, mengapa pula harus beli ? Tentu saja pengertian gratis disini adalah secara formal memang dibagikan .Bukan rebutan makanan yang khusus disediakan bagi orang miskin. Salah satunya adalah mendapatkan buku buku bermanfaat tanpa harus mengeluarkan dana . Salah satunya adalah mendapatkan buku tersebut di kantor information Turism 

bawa tas dan isi dengan buku gratis, kalau nggak nyolong, apa salahnya?/dokumentasi pribadi

Ada Yang Gratis, Mengapa Tidak?

Kantor Turis yang kami kunjungi di Perth adalah Burswood Turis Information yang lokasinya berada di Victoria Park. Kantor yang dikelilingi oleh bunga bunga mawar ini semakin menyemarakkan lingkungan yang sudah apik disini. Begitu memasukki pintu kantor, sudah disambut dengan sapaan ramah dari Petugas,

"Hi good morning.. what can I do for you Sir?" Banyak buku buku tentang wisata yang terpajang di sana dan kami dipersilakan memilih, mana yang mau dibawa pulang. Jangan kira karena dibagikan gratis, terus buku buku ini dicetak di atas kertas murahan, malahan sebaliknya, dicetak di atas kertas lux yang sangat bagus karena semuanya dibiayai oleh pemerintah daerah. 

Boleh Ambil Sesukanya

Agar jangan dikira rakus, maka saya bertanya berapa judul yang boleh kami ambil? Dan dengan senyum manis, petugas menjawab,

"As much as you wish, Sir"  Wuih, enak banget, serta merta gaya khas orang Indonesia tampil mengedepan, yakni "kalau ada yang gratis, mengapa pula harus beli?" Tapi walaupun demikian, tentu saja saya tidak kemaruk mengambil sebanyak-banyaknya. Malu dong dan juga malu-maluin nama bangsa dan negara kita. Kami hanya  memilih beberapa judul buku yang dicetak di atas kertas mewah dan gambar-gambar yang disajikan dalam bentuk full colour.

Isi buku, sarat dengan beragam pengetahuan, misalnya ada penjelasan tentang kota tua Fremantle yang  dilengkapi dengan pasar rakyat, restoran dan bagi yang suka berlayar, ada kapal kapal pesiar jarak tempuh satu dua jam, dengan biaya perorang berkisar 60 -70 dolar atau memilih night cruse sambil menikmati makan malam di atas kapal dalam perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline