Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Tidak Menghargai Buah-buahan Lokal Terjadi Juga di Australia

Diperbarui: 7 April 2021   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Selama ini,mungkin yang terpikirkan oleh kita bahwa sifat kurang menghargai buahan produk lokal hanya merupakan sifat dari kebanyakan warga di negeri kita. Tapi setelah  tinggal di Australia,baru sadar,bahwa hal ini juga terjadi di dalam masyarakat lokal disini. Sesungguhnya,bukan tidak menghargai,tapi hanya karena sudah bosan dan jenuh,makan buahan yang "itu ke itu juga" Maka secara naluri,selera mencari sesuatu yang berbeda dan hal itu terdapat pada buahan impor.

Sebagai contoh , buah jambu biji harganya 12 kali lipat dibandingkan dengan harga buah apel.Seperti yang tampak pada gambar . Harga jambu biji yang kecil kecil dan sama sekali tidak menarik di negeri kita,disini harganya $11.99 atau senilai sekitar Rp.120.000 perkilogram

dokpri

Malahan buah apel diberikan secara gratis,tidak dilirik anak anak disini.Saya menyaksikan buah apel ini tergeletak hingga berhari hari ditempat yang sama ,hingga membusuk dan diganti dengan buah yang baru.Karena tidak ada minat anak anak disini untuk mengambilnya.

Kentang Hanya Rp.4000 Perkilogram-dokpri

Harga kentang,satu kantong isi 4 kilogram hanya dilabel $.1.49 atau senilai Rp.15.000 ,yang berarti sekilo harganya kurang dari 4 ribu rupiah. Saking banyaknya hasil produksi,harga kentang dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan . Bagaimana petani disini bisa tetap mengelolanya,mengingat upah buruh sangat tinggi,saya sungguh tidak tahu.

dokpri

Tampak kentang menumpuk ,tanpa dilirik oleh para pengunjung Supermarket. Silakan dibandingkan dengan harga ubi merah,yang harganya  $.5.48 perkg yang berarti sekitar 55 ribu perkilogram .Yang bila dibandingkan dengan harga kentang ,adalah 13 kali lipat lebih mahal

dokpri

Ternyata Terjadi Hal Yang Sam

Kesimpulannya, kalimat "Tidak menghargai produk buahan dalam negeri sendiri " agaknya harus direvisi. Karena sesungguhnya  bukan karena tidak menghargai, melainkan karena sudah bosan dan sesekali ingin mencicipi buahan impor .Kekeliruan ini saya juga ikut terlibat. Baru.sadar setelah menyaksikan bahwa hal yang sama juga terjadi di Australia.

Tulisan ini tentu bukanlah berarti meninggalkan buahan lokal, karena cita rasa buahan lokal tidak bisa tergantikan dengan rasa buahan import 

Hanya saja sudut pandang agaknya perlu di revisi. 

ket.foto : semua foto adalah dokumentasi pribadi

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline