Lihat ke Halaman Asli

Tiyah Wahyuni

Perempuan

Memberi Pola Asuh "Hyper-Parenting" pada Anak, Baik atau Tidak?

Diperbarui: 24 Maret 2018   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

sebelum saya membahas lebih lanjut tentang pola asuh hyper-parenting, dampak akan diperoleh dalam  polah asuh ini, saya anak membahas apa sih hyper-parenting terlebih dahulu. hyeper-parenting merupakan pola pengasuhan yang dilakukan dengan kontrol yang berlebihan dari orang tua, dalam pengasuhan ini orang tua berusaha keras untuk mencermati apapun yang dilakukan oleh anak dan segala hal yang diberikan kepada anak.

setiap orang tua tentu menginginkan hal-hal  terbaik buat anaknya. orang tua mana sih yang tidak menginginkan anaknya itu tumbuh menjadi anak yang cerdas, pintar, sukses. saya yakin semua orang tua menginginkan anak yang dilahirkan di dunia tumbuh menjadi anak yang  pintar, cerdas, sukses, dan menjadi pribadi yang menyenangkan untuk lingkungannya.

tapi sangat disayangkan  para orang tua kurang memahami bahwa anak itu  pasti memiliki karakter, pribadi, dan cita-cita yang berbeda, anak kembar sekalipun meskipun memiliki wajah yang mirip tapi pasti memiliki perbedaan. oleh karena itu orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya dan menerapkan polah asuh yang sama rata pada semua anak. sering kali orang tua memaksakan keinginannya tanpa melihat kemampuan dan kesiapan anak.

umumnya para orang memberika pola asuh hyper-parenting itu karena ada rasa ketidakpuasan orang tua dalam pengasuhan pada waktu kecilnya dulu. dalam penerapan pola asuh hyper-parenting ini orang tua berfikir dengan pola asuh seperti inilah anak -anak pasti bisa mendapatkana apa yang sebelumnya tidak orang tua dapatkan. tapi hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, dan keinginan anak.

para orang tua harus tahu dampak yang akan didapat oleh anak dari pola asuh hyper-parenting:

1. membuat anak mudah cemas

anak yang tumbuh dengan pola asuh seperti ini cenderung tidak tenang dan mudah cemas. karena anak merasa tertekan dalam pola asuh ini, bagai mana tidak pola asuh yang selalu menyertakan orang tua sehingga anak sering kali tidak percaya diri dan kurang bebas untuk mengekspresikan dirinya.

2. emosi yang tinggi

dalam pola asuh hyper-parenting ini orang tua sering kali mengarahkan, memberikan banyak aturan, dan memaksakan anak untuk mentaati semua keinginan orang tua, hal ini akan menyebabkan anak kaku dan emosi, karena sangat tertekan.

3. anak menjadi kurang aktif

pengaplikasian pola asuh ini orang tua sering kali mengarahkan anak, sehingga membuat kreatifitas anak terbatasi, dan ini akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang pendiam, kurang kreatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline