Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Kami yang Babak Belur Dihantam Efek Ekonomi Covid-19

Diperbarui: 2 Mei 2020   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jasa angkut [nyewain.com]

Namanya Mikael, disapa Meki. Ia supir truk pick-up angkutan barang yang mangkal di Jalan Bundaran PU, Kota Kupang. Di sini nama Meki sudah umum, jangan berpikiran ke benda lain-lain yang mungkin bernama serupa.

Wajah Meki berseri-seri ketika saya menanyakan berapa tarif angkutan barang dari Kelurahan TDM ke Pondok Indah Matani.

"Terserah Bapak saja, mau kasih berapa," katanya.

"Bagaimana jika 60ribu? Hanya angkut piano," Saya menawar dengan harga lima tahun lalu. Saya tidak punya cukup duit untuk membayar lebih mahal.

"Tambah 10 lah, Pak," pintanya.

"Ok, 70 ribu ya?"

Deal!

Setelah tiba, barang diturunkan, saya mengajak ngobrol Meki dan buruh angkut yang Meki pekerjakan. Konjak, istilah orang Kupang untuk kenek atau kondektur. Menilik perawakannya, saya duga kenek si Meki ii masih remaja.

"Bagaimana kondisi sekarang? Banyak yang pakai jasa muatan barang?"

"Aduh, Pak. Bapak orang pertama hari ini yang pakai oto -maksudnya yang menyewa jasa angkutnya-.Sejak tadi kami belum dapat uang, dari pagi belum merokok."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline