Lihat ke Halaman Asli

Tiknan Tasmaun

Praktisi herbal sekaligus blogger

Kesembuhan dari Petunjuk Langit (Kisah Nyata)

Diperbarui: 17 Desember 2017   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kisah nyata ini penulis tulis di kompasiana ini dengan harapan bisa menjadi inspirasi kita semua nahwa apa yang mustahil bagi manusia tidaklah mustahil bagi Allah. Janganlah kita menjadi berputus asa terhadap rahmat ilahi, siapapun diri kita dan apapun keadaan kita. Kisah ini mengenai kisah kesembuhan seseorang berkat petunjuk dari langit berupa bintang beralih ( Jawa : lintang ngalih).

Kisahnya demikian. Suatu saat (sudah dua tahun lebih yang  lalu ) pernah ibu mertua kawan penulis menderita sakit parah dan harus  opname di salah satu rumah sakit. Awalnya beliau muntah-muntah terus  disertai rasa pening / pusing yang hebat. Dari hasil scan otak diketahui  bahwa telah terjadi pendarahan pada area otak ( menurut keterangan  dokter besar kemungkinan pembuluh darah di otak pecah). Disaat bersamaan  tekanan darahnya terlampau tinggi. Pada saat bersamaan juga dideteksi  kedua ginjal beliau sakit, ada tanda - tanda gagal ginjal. Parahnya lagi  beliau juga sudah tidak bisa BAB beberapa waktu lamanya.  

Si  kawan, menantu ibu tadi, minta tolong penulis untuk mengikhtiarkan  kesembuhan mertuanya, karena secara medis sudah tipis kemungkinan untuk  sembuh. Jujur, sebenarnya penulis juga bingung melihat kondisi yang ada.  Akhirnya kami putuskan untuk secara khusus menyerahkan nasibnya kepada  Allah. Dalam arti, jika memang ajalnya sudah waktunya, kami berdoa  semoga diberi khusnul khotimah. Dan jika memang masih diberikan umur  panjang, kami berdoa mohon kiranya Allah memberikan kesembuhan.

Malam  hari kami berdoa di suatu tempat yang tidak ada atapnya, maksudnya di  luar rumah yang tidak ada penghalang antara diri kita dengan langit. Menghadap ke langit agak ke arah kiblat (barat). Ini adalah wasiat Kyai  Guru saya almarhum. Beliau mengajarkan saya bahwa di saat-saat mengamalkan wirid tetentu yang sangat penting dan genting, disarankan di  luar dan tidak terhalang apapun di atas kita, baik atap rumah maupun dedaunan pohon.

Sekira  satu setengan jam lebih-hampir dua jam- kami lakukan itu. Ajaibnya,  tiba-tiba ada seberkas cahaya seperti bintang beralih (lingtang ngalih , bahasa Jawa) tiga kali yang seakan-akan mendatangi kami. Bahkan salah  satunya seakan jatuh tepat depan kami. Cahaya bintang beralih tersebut berturut-turut membentuk hiruf-huruf hijaiyah. Untung kami menyediakan  kertas dengan sepidol, sehingga dengan cepat bentuk-bentuk huruf tersebut kami tulis di atas secarik kertas. Jadilah semacam wifik atau  rajahan.

Wifik  tersebut, pagi harinya kami antar ke ibu yang sedang sakit tersebut.  Saya suruh kawan itu merendam kertas wifik itu segelas air kemidian meminumkannya. Waktu itu meminumkannyapun sudah sulitnya setengah mati.  Jadi harus pakai sendok kemudian dibuk bibirnya sedikit dan sekedar  diteteskan dalam mulutnya. Ajaibnya, seketika si ibu bangun, bisa  berbicara, mengucapkan terimakasih.

Dua  tiga hari berikutnya si ibu masih menjalani perwatan di rumah sakit  tersebut dengan kemajuan kesehatan yang luar biasa. Pendarahan di otaknya dinyatakan sudah sembuh dengan sendirinya, ginjal sudah berjalan  lagi namun disarankan untuk cuci darah supaya darah bersih (hanya menjalani cuci darah sekali itu saja) dan BAB pun sudah lancar. Sampai  tulisan ini diturunkan beliau masih sehat wal afiat, alhamdulillah.  Insya Allah tahun 2018 ini beliau akan menunaikan ibadah haji, semoga  mabrur.

Kisah  ini penulis tulis untuk menginspirasi para pembaca bahwa apa yang tidak  mungki bagi manusia itu tiada yang mustahil bagi Allah. Semoga bermanfaat, amin.

Salam, Tiknan Tasmaun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline