Lihat ke Halaman Asli

AKHMAD FAUZI

TERVERIFIKASI

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

Aku Ingin Menulis Kebaikan, untuk Ibu(ku)

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419175225954135592

Basahi bibir sebelum suara terucap renyah

Lukai hati dengan lancipnya sakit rupa kejahatan diri

Bicaralah di dalam,

Agarkata terlontar meredupkan panas alam

Kelekar bak tangis gusar di belukar mawar

Seringai menjadi bebatuan landai di tepian pantai

Terkapar berputar-putar di selasar bilik pulasar

Janin-janin berhamburan menjadi kecebong kelaparan

Jika hidup tak lagi menua,

Kubur saja di tanah dewa, bebas dosa!

Jika mati senilai mimpi

Cabut nyawa sebelum nista

Jika sesama hanyalah pelengkap do’a

Bakar peradaban di atas tungku kebencian

Aku ingin hidup

Sedikit pernah mengusap nadi luka

Dari yang terinjak

Untuk meninggalkan jejak

Agar nafas mampu beranak-pinak

Aku ingin menyepi

Dari badai keniscayaan sejarah tak bertuan

(dari puisi Dahaga Rasa – akhmad fauzi)

Enam tahun ditinggal ibu menghadap Tuhan, rasanya belum genap untuk bisa mengusap rindu dengan doa. Batas waktu tak pernah tertoreh dalam target langkah diri, kecuali berharap Ibu dalam rahmadNya. Dan,kelak kembali berkumpul dalam nikmat syurga yang dijanjikan Tuhan Yang Maha Esa.

Enam puluh empat tahun ruh bersama tubuh kecil menjejakkan kiprah sejauh kerikil dan bebatuan hidup. Hanya sesekali aku hitung mata tua itu terbasahi butiran air mata. Jarang disertai duka, walau sebenarnya tangis luka. Yang kerap tertampakkan adalah air mata bahagia, untuk memberikan bukti jika hidup memang ingin menampung sedih keluarga.

Terlalu sederhana jika ketinggian budi harus aku ulas dalam tulisan tak berarti ini. Guratan karya sebagai nakhkoda rumah tangga biarlah bersemayam dalam kebingungan diri menggapai balas jasa beliau. Langkah kecil ketersendatan hidup, potret kebermaknaan puluhan nyawa yang telah ditinggalkannya. Menjadi inspirasi jika kebaikanlah yang mampu mencipta ini semua.

Yah, kita bukan berpisah, masih ada sisa waktu lagi untuk bisa engkau usap kening kenakalan ini. Kerinduan akan kecup di telapak lebam hanyalah berbatas bilik saja. “Jalani hidup dengan kebaikan, karena agama mengajarkan demikian. Kuatkan aqidah, karena itu yang akan menjanjikan kita bisa bersua...”. Pesan yang senantiasa terulang, tiap kali keluh kesah tertumpah di hadapan ibu tercinta.

......................................................................

Ibu, aku dan semua yang engkau tinggal akan menyusul. Tunggu dengan kesabaran yang pernah engkau terapkan kepada kami. Akan aku bawakan bekal kebaikan yang pernah engkau pesankan. Walau hanya sebaris kalimat kebaikan!

........................................................................

Catatan :

aku tulis semua ini sebagai hadiah atas cerianya wajah selalu meneduhkan kekalutan yang hinggap dalam hidup di setiap detiknya. aku yakin, di tawanya yang lepas, ada kedahsyatan obat penyembuh kegerahan. Aku bersyukur kehadhirat ALLAH SWT. yang diijinkan hidup bersama buah hati ini..... salam semangat untuk anak-anak ku, anak-anak kita...

Kertonegoro,21 Desember 2014

Link terkait :

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/12/21/dahaga-rasa-711905.html

Ilustrasi : anneahira.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline