Lihat ke Halaman Asli

Siti Rahmadani Hutasuhut

Menulis puisi, cerpen dan opini sosial-hukum-budaya

Puisi | Kau Kujadikan Kekasih

Diperbarui: 7 Maret 2020   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau jumpai aku ketika kita masih memakai seragam putih abu-abu. Kita sepakat mengadu rasa tanpa harus mengikat. Aku sebut lingkaran ini pertemanan. 

Sesuka hati aku memintamu mendengar keluhku, tentang keruwetan bersikap manis di depan manusia-manusia atau tentang hiruk-pikuk perjalanan yang mengundang haus dan aku kehabisan minum, tentang pacarku yang lebih tampan daripada kau. 

Pula kau tidak asing lagi dengan omong kosong yang sengaja aku susun sekedar menghiburmu, tapi kau mungkin tidak terhibur karena pengaruhku bukan sebagai penyejuk hati atau dambaan hati yang kau pinta dalam doa dan harapmu. 

Sampai kepada suatu malam, katamu kau ingin mendengar puisiku. Untukmu katamu, aku harus menuliskannya. 

Aku membidik tajam tepat pada dinding-dinding kamar yang tetap hangat karena temperatur udara di kotaku memang berkisar dua puluh empat derajat celcius. Di akhir hari bulan Agustus, aku mengirimu puisiku dan aku jujur asal kau tahu.

Aku,

Merayu waktu melambat menyudahi malam

Pikirku akan selesai sajak untukmu

Pada garis-garis yang menyulut afeksi

Bergejolak, seperti memaksa bungkam

Namun tidak dikehendaki

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline