Lihat ke Halaman Asli

Thomas Panji

TERVERIFIKASI

Content Writer

Mencintai Keindahan Takdir di 2021

Diperbarui: 13 Januari 2022   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari pasien sembuh COVID-19 | kabar24.bisnis.com

Bersyukur dan menikmati keindahan adalah hal yang penting, sekalipun itu berasal dari keadaan yang tidak baik-baik saja.

Pergantian tahun 2022 sudah tiba, tidak terasa pula sudah ada banyak jejak yang kita tinggalkan dibelakangnya dan tidak mungkin untuk dilihat kembali atau mungkin diputar ulang. 

Tahun 2021 mungkin menjadi tahun yang amat berat bagi semua orang, khususnya di bulan Juli sampai Agustus kemarin. Tidak bisa dibayangkan, betapa besarnya rasa duka yang dialami oleh masyarakat Indonesia di tahun 2021 lalu, akibat keganasan virus korona varian Delta.

Tahun 2021 mungkin akan selalu kita kenang sebagai tahun disaster atau tahun bencana. Selain menjadi tahun bencana, tahun 2021 (mungkin) juga menjadi tahun terakhir kuliah saya. 

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya memiliki tugas dan kewajiban yang super klasik, yakni menyusun sebuah skripsi (penelitian) agar mampu meraih gelar akademik sarjana satu (S1) sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mengakhiri pendidikan ilmu komunikasi saya.

Selama menyusun skripsi saya melewati begitu banyak jalan yang berlika-liku, salah satunya adalah kejadian di tanggal 23 Juli 2021, yakni terinfeksi COVID-19. 

Mungkin cerita yang akan saya bagikan di sini cukup hiperbolik bagi sebagian pembaca. Namun, cerita inilah yang justru memotivasi saya untuk bersyukur dan menemukan momen indah 2021 kemarin yang akan saya bagikan pada pembaca sekalian di event Kjog yang diselenggarakan oleh Kompasianer Jogja (KJog).

Tepat di hari Jumat siang tanggal 23 Juli 2021, kedua kaki saya seolah tidak dapat menopang berat tubuh saya sendiri, padahal saat itu saya sedang tidak berdiri terlalu lama. Badan terasa lemas dan tampak payah untuk berjalan kaki. 

Saya rasa, saya hanya kelelahan, setidaknya itu lah yang bisa membuat saya agak lebih tenang, alih-alih overthinking memikirkan suatu penyakit. Setelah membeli makan siang dan menyantapnya di rumah, saya memutuskan untuk tidur siang.

Saat bangun dari tidur, saya mendapati bahwa kondisi kesehatan saya tidak kunjung membaik. Akhirnya saya pun memutuskan untuk berobat ke klinik terdekat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline