Lihat ke Halaman Asli

Sang Alkemis, Menggali Harta Terinti

Diperbarui: 19 Januari 2022   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: gramedia.com

Novel "Sang Alkemis" merupakan novel fiksi karya sastrawan Brazil bernama Paulo Coelho. Novel ini pertama kali diterbitkan di Brazil pada tahun 1988. Sebagai salah satu karya novel paling laris, novel "Sang Alkemis" telah terjual sejumlah 150 juta kopi di seluruh dunia dan telah diterjemahkan dalam 67 bahasa termasuk Indonesia.

"Sang Alkemis" menceritakan kisah seorang penggembala muda bernama Santiago yang dibuat bingung akan mimpinya yang berulang tentang harta karun di Mesir. Keyakinan untuk menggali lebih dalam mimpinya tersebut membawanya pada momen pertemuan dengan Orang Gipsi dan seorang raja bernama Melkisedek. Pertemuan inilah yang membuat Santiago Si Gembala yakin bahwa semesta bekerja dalam mimpinya sehingga ia yakin untuk mewujudkannya.

Keyakinan pada mimpinya ini membawanya pada proses pengelanaan panjang. Pengalaman suka dan duka serta pahit dan manis telah mewarnai kisah perjalanan Santiago. Aneka pertemuan telah memberi jalan terang bagi Santiago sendiri dalam menemukan hartanya. Namun apa yang didapatkan Santiago melebihi apa yang diimpikannya. Ia tak hanya mendapatkan harta duniawinya. Lebih dari pada itu, ia akhirnya mengerti bahwa harta paling berharga ada dalam dirinya.

Novel "Sang Alkemis" memang layak disebut sebagai novel bestseller melihat banyaknya keunggulan yang bisa didapatkan di dalamnya baik dari segi filosofinya maupun teknik penulisannya. Sang penulis yakni Paulo Coelho dengan cerdas mampu mengemas kisah Santiago "Si Gembala" dengan begitu sederhana, tetapi tetap kaya dengan nilai filosofi dan keutamaan hidupnya. Ia dengan serdehana memperlihatkan begitu pentingnya seseorang dalam mengejar mimpi yakni dengan membandingkan kisah perjalanan Santiago yang dengan gigih mengejar mimpinya dengan seorang pengungsi yang mengubur dalam-dalam mimpinya.

Di samping memperlihatkan nilai-nilai hidup dalam aneka anekdot dan perumpamaan, Paulo juga memperlihatkan secara gamblang beberapa pesan hidup, seperti yang tergambar pada dialog antara Sang Alkemis dengan Santiago, di mana Sang Alkemis menyebut bahwa "di mana hatimu berada di situlah hartamu berada." Pesan-pesan gamblang demikian akan membuat pembaca mengerti maksud penulis sendiri.

Memang pengemasan cerita yang sederhana dengan alur yang tidak begitu rumit membuat pembaca menjadi semakin mudah memahami maksud dari penulis sendiri. Namun, pada kenyataannya, kesederhanaan inilah yang membuat pembaca mengesampingkan beberapa momen yang terlihat sepele, akan tetapi sejatinya penuh makna. 

Pada aneka momen pertemuan Santiago, pembaca akan dibawa fokus pada isi pembicaraan dialog seperti antara Santiago dengan Sang Alkemis yang lebih menekankan soal mendengarkan diri. Pembaca akhirnya lupa di mana dibalik banyaknya pertemuan tersebut ada kekayaan pemaknaan yang bisa digali. Aneka proses pertemuan Santiago dengan banyak subjek terlepas dari inti pembicaraannya membawa kita kepada kesadaran bahwa keterbukaan membawa pada pintu terang. Memang percaya dengan suara hati diri merupakan terang diri. Namun keterbukaan diri tentu akan semakin menerangi diri.

Secara keseluruhan novel "Sang Alkemis" memang layak disebut sebagai karya masterpiece dan sangat direkomendasikan bagi pembaca yang kehilangan harapan dalam mengejar mimpi dan harapan. Meskipun tidak terlalu tebal dan dikemas dengan sederhana, novel ini membawa pada proses penghayatan hidup secara mendalam. Novel "Sang Alkemis" mengajak kita sebagai pembaca untuk memahami bahwa seseorang akan menjadi benar-benar berharga ketika mereka mau mendengarkan mimpi-mimpinya dan mau mendengarkan suara hati terdalamnya. Maka, mari bermimpi dan dengarkan suara hati!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline