Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mudik Batal

Diperbarui: 20 April 2021   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi : CNN Indonesia

Mudik Batal

Catatan Thamrin Dahlan

Pelarangan Pemerintah perihal mudik 2021 berimbas pada Mas Mukidi. Ritual tahunan berupa sungkem kepada Ibunda tampaknya tahun ini terkendala.

Tahun lalu walaupun ada pelarangan namun Mukidi dengan segala akal berhasil menembus barikade penyekatan. Tiba di kampong halaman pas malam takbiran. Perantau tangguh ini disambut meriah orang sekampong sebagai pahlawan yang paling banyak membawa oleh oleh. 

Mukidi terharu setengah terisak membaca isi surat si Mbok yang baru tiba di hari ke 8 ramadhan.

" le,  jangan muleh yo di lebaran sa iki"

Ibunda melarang anak tersayang mudik.  Inilah halangan mudik nasional bahkan internasional kedua dalam sejarah peradaban manusia di muka bumi. Halangan itu bukan karena perang dunia bukan pula karena bencana alam dahsyat dan juga bukan karena tak punya uang bersebab resesi ekonomi.  Hanya satu alasan saja yaitu pandemi covid 19 katanya demi keselamatan jiwa bersama.

Betapa sayangnya Sang Ibunda kepada anak nomer 6 Mukidi bin Mukzizat. Satu satunya putra daerah nan merantau ke Ibukota dan sukses.  Ukuran sukses orang desa sederhana saja. Pertama rajin mengirim uang. Kedua namanya acap muncul di koran. Ketiga kalau mudik bawa oleh oleh segudang.

Surat si Mbok baru tiba tadi pagi, Selasa 20 April 2021.   Walaupun lahir di zaman Belanda dimana kebanyakan rakyat ndeso buta huruf,  berbeda dengan sosok Ibunda Mukidi melek huruf arab melayu.

Pekerjaan Ibunda guru ngaji sejak puluhan tahun lalu.  Alhamdulillah sampai kini di usia 75 tahun masih dilakoni   Si Mbok tidak mau di panggil sebutan Ustazah. Alasan sederhana saja yaitu kuatir terkenal sehingga niat ibadah berubah menjadi riya.

Jadilah surat bertulisan aksara arab pakai pensil 2 B diatas kertas bergaris dibaca ulang bak jimat.  Sang anak sudah terbiasa dan bisa membaca surat cinta Si Mbok. Ibunda memang rajin menulis dan berkirim surat. Paling tidak mengirim surat 5 kali dalam setahun sedangkan Mukidi mengirim uang 13 kali setahun.  Lho koq lebih dari jumlah bulan.  Kiriman ke 13 adalah untuk beli kue lebaran alias THR.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline