Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Kompasianival, Berani-beraninya Ngundang KutuBuku

Diperbarui: 10 Desember 2015   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KutuBuku akan ikut memeriahkan ajang kopdar terbesar komunitas negeri ini. Dan dari komunitas ini ada tiga buku Kompasianer bakal menghiasi Kompasianival 2015.

Yakni:

Sehangat Matahari Pagi,

Mandeh, Aku Pulang

Mengembara ke Masjid-Masjid di Pelosok Dunia.

 

Ya, jangan salah. Buku yang ditulis oleh tiga orang Kompasianer yang berbeda latar belakang: Guru Kehidupan di Kompasiana Tjiptadinata Effendi, Tukang Insinyur Izkandandar Zulkarnain dan Tukang Mesin Pesawat yang sudah mengunjung lima puluh Negara di dunia.

Semua, kebetulan laki-laki, hehehe. Nongkrongnya di booth KutuBuku. Klop, kan? Mereka bisa dikeroyok untuk ditanyai: kenapa nulisnya gitu? Kenapa nggak “begini” saja. Dan seterusnya. Mereka bersedia kok ditanya-tanya, diminta tanda tangannya di buku yang layak disimak para Kompasianer. Juga diajak selfie.

Kenapa? Ya, ndak usah ditanya. Karena mereka yang tergabung dalam KutuBuku mengikuti Kompasiana: sharing en connection. Mereka akan berbagi. Mereka akan nyambung kalau dalam urusan yang satu ini: tulis-menulis dan mbikin buku. Meraka matang, dan … nulis menjadi bagian penting sebagai penyaluran untuk menyumbat “kemampatan” komunikasi.

Pada Pak Tjip, yang muda boleh memanggilnya Opa, deh. Sudah menerapkan Sehari Satu Artikel. Dan sudah membuktikan. Tulisannya melebihi 365 judul dalam setahun. Padahal, Opa sudah berkepala tujuh usianya. Kali ini, memang justru Pak Tjip yang ditulis oleh para sahabatnya: Kompasianer. Pertanda kehadiran Pak Tjip bukan abal-abal, ia menapaki bumi dan menebar kebaikan. Tulisannya, hanya satu kata: inspiratif.

Pada Bang IZ, menggelontor tulisannya. Yang mengherankan ia Tukang Insinyur sungguhan. Berpangkat Insinyur Sipil. Lha kok malah nulisnya, di antaranya, fiksi. Kali ini tepatnya: cerpen. Dikumpulin dan dibukuin. Sehingga ketika dihimpun dalam bukunya perihal “Penghalus Budi” itu mencapai 240 halaman. Cerpennya dengan mengambil setting di pelosok Negeri ini. Digambarkan secara detail.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline